Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan hal itu di hadapan jajaran direksi Aeon di Makuhari Messe Chiba, Jepang, Rabu (29/11/2017).
"Kami punya ketentuan semua mal harus menjual produk yang dibuat di Indonesia, meski itu merupakan produk joint venture," kata Enggartiasto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal lain yang disyaratkan adalah pihak mal harus menggelar pameran secara periodik untuk produk-produk UKM yang terakreditasi. Hal ini merupakan kesepakatan dengan Himpunan Pusat Belanja Indonesia agar para pengunjung yang datang dapat melihat produk-produk UKM yang dipamerkan.
Kehadiran para UKM itu, kata Enggartiasto, tak akan menjadi pesaing toko-toko yang ada di Aeon. "Plaza Indonesia dan Plaza Kasablanca sudah membuktikan hal itu," tegasnya.
Untuk memperkuat pesan kepada jajaran direksi Aeon yang antara lain terdiri dari Executive Vice President Aeon, Akinori Yamashita dan Presiden Direktor Aeon Toyohimi Kashi, Enggar mengutip pernyataan mantan Perdana Menteri Y. Fukuda yang ditemui sehari sebelumnya.
Salah satu penopang ekonomi Jepang, kata Fukuda, adalah para UKM yang tumbuh dan berkembang berkat kemitraan dengan pengusaha besar. Mereka saling menopang.
"Saya percaya Aeon sebagai perusahaan besar Jepang juga ingin maju bersama dengan UKM Indonesia. Saya harapkan Aeon dapat menjadi salah satu bapak angkat UKM di Indonesia," ujar Enggar disambut senyum Yamashita dan Kashi sambil manggut-manggut.
Sementara Toyohimi Kashi memastikan bahwa Aeon sudah menjalankan apa yang disyaratkan dan diharapkan pemerintah Indonesia.
Dia lantas mengajak Enggartiasto yang didampingi Duta Besar Arifin Tasrif dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda untuk meninjau Aeon di Makuhari. Di sana antara lain dijual produk garmen, ikan tuna kalengan, kopi, dan bir bintang.
"Tentu secara bertahap produk yang bisa dijual akan bertahap asalkan memenuhi standar yang ada," ujarnya. (jat/dna)