Dalam perkembangannya, teknologi digital terus digunakan manusia dalam berbagai hal.
"Terjadi perubahan yang luar biasa dari apa yang telah terjadi. Kalau dulu semua dikerjakan manual, kemudian berubah pakai kalkulator, komputer, sekarang smartphone," kata pria yang akrab disapa CT itu dalam diskusi bertajuk How Indonesia Benefited From Industrial Revolution 4.0 di The Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (22/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan sekarang dunia kesehatan memperkenalkan 3D printer, jadi nanti DNA kita di-link sama komputer, nanti komputernya di-link ke printer, kalau misalnya butuh organ yang cocok, bisa diprint, nggak susah cari. Ada juga VR, Virtual Reality, sekarang mau ke menara Eiffel nggak perlu ke Paris, pakai VR kita sudah terasa ke menara Eiffel," sambungnya.
Perkembangan teknologi digital tersebut, kata CT, juga ikut mempengaruhi pola hidup manusia. Menurutnya, perubahan pola hidup akan terkait seberapa besar peranan teknologi yang dimanfaatkan sekarang.
Perubahan itu pula harus disesuaikan oleh industri, karena saling terkait.
"Contohnya begini, sekarang orang itu lebih ke gaya hidup, orang datang ke restoran bukan karena mau makan, tapi karena mau gaya, karena mau foto-foto, karena restoran itu viral. Jadi kalau nggak ke restoran tersebut belum mengikuti tren," kata CT.
Perubahan pola hidup membuat sejumlah tantangan bagi dunia industri. Menurutnya, industri yang tak mengikuti perkembangan teknologi bakal sulit bertahan.
"Pemain-pemain lama itu lost the market share. Ritel bisnis sekarang ini satu-persatu closing down. Jadi satu-satu habis karena era baru ini, nggak siap menghadapi perubahan, one by one hilang. Karena zamannya berubah, mereka nggak mau berubah. Jadi ini impact yang harus dihadapi," katanya.
Di sisi lain, CT mengatakan, industri yang banyak memanfaatkan teknologi digital atau otomatisasi bakal memberikan tantangan bagi dunia kerja. Otomatisasi di beberapa pekerjaan dilakukan karena perkembangan teknologi semakin terjangkau dibandingkan dengan membayar upah karyawan yang setiap tahun mengalami kenaikan.
"10 tahun dari sekarang nanti sudah Rp 10 juta dan berkembang menjadi arah Rp 15 juta. Teknologi makin murah SDM makin mahal, apa nggak semua pabrik akan mengubah orangnya menjadi robot," jelas CT.
Hal ini lah yang menurut CT perlu dipersiapkan oleh pemerintah. Dia menilai bila tidak diberi perhatian khusus, perkembangan teknologi ini akan memberikan dampak yang lebih besar lagi, khususnya bagi angkatan kerja. Sebab revolusi industri ini bisa memiliki manfaat sekaligus tantangan bagi industri maupun bagi pekerja.
"Makanya saya bilang di awal akan lebih banyak yang kalah dibandingkan yang menang. Akan terjadi konsentrasi ekonomi di tangan orang-orang tertentu yang menang," kata CT. (hns/hns)