Harga garam umum putih dari Gudang yang semula berkisar Rp 2.250 per kilogram kini turun menjadi Rp 2.000 per kilogram. Para petani menilai kondisi tersebut aneh, sebab, pada normalnya disaat stok yang kian menipis, harusnya harga justru meningkat.
Salah seorang pengepul garam, Gamal warga Desa Sawahan Kecamatan kota Rembang yang memiliki gudang garam di wilayah Desa Tasikharjo Kecamatan Kaliori menyebutkan, jika dibanding tahun lalu, pada kondisi yang sama justru harga garam naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di tahun-tahun sebelumnya, di saat-saat seperti ini harusnya harga garam itu malah meningkat, karena tidak ada produksi garam, hanya mengandalkan stok di Gudang. Tapi malah ini harganya menurun," lanjutnya.
Atas kondisi itu, ia menduga, penurunan harga terjadi akibat keberadaan garam impor. Sebab, garam impor yang harusnya diperuntukkan perindustrian, kali ini ditengarai juga dijual di pasaran untuk konsumsi.
"Dugaannya ya karena garam impor. Di pasar garam itu juga dijual sebagai garam konsumsi. Otomatis merusak harga garam lokal yang sejatinya benar-benar untuk konsumsi," terangnya.
Di sisi lain, salah seorang petani garam asal Desa Tasikharjo Kecamatan Kaliori, Zaenal Mustaqin mengakui saat ini dirinya sedang akan mulai menggarap lahan tambak garam miliknya. Menurutnya, saat ini belum ada produksi garam yang dapat dijual.
"Saya ini hitungannya yang paling cepat (memproduksi garam) di antara yang lain. Ini saya baru nggaruk, belum bisa jual produksi garamnya, jadi ya saat ini belum ada stok masuk gudang," jelasnya. (Arif Syaefudin/zlf)