Ketua Dewan Teh Indonesia Bambang Murtioso mengatakan, sejatinya para pelaku teh nasional mengerti akan hadirnya teh impor. Sebab itu memang sudah kebijakan dari pemerintah.
"Teh impor sejatinya kita tidak boleh menutupi," tuturnya kepada detikFinance, Jumat (19/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Perjalanan Sariwangi yang Pailit di 2018 |
Namun para pelaku teh tanah air khawatir lantaran teh impor yang masuk memiliki harga yang lebih murah dan dengan kualitas yang lebih rendah. Hal itu membuat para produsen teh siap minum ada yang lebih memilih menggunakan teh impor.
"Tapi hal itu ya sah-sah saja pengusaha dalam negeri mungkin ingin untung lebih besar ya. Tapi kami merasa terganggu, karena mestinya bisa menyerap teh di dalam negeri," tambahnya.
Direktur Eksekutif Dewan Teh Indonesia (DTI) Suharyo Husen secara terpisah mengatakan, ada eksportir teh RI yang mengoplos teh lokal dengan teh impor demi memperoleh margin keuntungan yang lebih besar.
"Ada yang di-blending terus diekspor lagi, misalnya teh celup. Itu kan menjatuhkan kualitas kita karena pakai nama made in Indonesia. Jadi merugikan," tambahnya.
Meski begitu, dia mengakui sudah ada tindakan dari pemerintah untuk melindungi industri teh tanah air. Salah satunya dengan naiknya bea masuk.
"Tapi tetap saja impornya masuk tiap tahun meningkat. Tapi yang jelas meningkat," ujarnya. (das/zlf)