RI akan Nego Insentif Ekspor Sawit dalam Pertemuan di Malaysia

RI akan Nego Insentif Ekspor Sawit dalam Pertemuan di Malaysia

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Senin, 05 Nov 2018 19:00 WIB
Foto: Agus Setyadi/detikcom
Jakarta - Indonesia akan mengajukan negosiasi tarif bea masuk minyak sawit pada pertemuan rapat tahunan Organisasi Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, dalam pertemuan yang akan dilaksanakan di Malaysia, Kamis (8/11/2018), Indonesia akan mengangkat isu persamaan hak bea masuk minyak sawit dengan Malaysia.

"Kan kita ada isu bilateral ada juga isu bersama. Kalau isu sendiri-sendiri itu kan Malaysia punya kebijakan. Misalnya bea keluar mereka cabut. Mereka punya early harvest dengan India. Nah itu yang membuat posisi Indonesia dan Malaysia berbeda," jelas Airlangga usai rapat bersama Menteri Koordinator Perekonomian dan pengusaha sawit di Jakarta Pusat, Senin (5/11/2018).


Menurut Airlangga bea masuk minyak sawit Malaysia lebih murah 4% dibandingkan Indonesia. Hal ini tentu merugikan posisi Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka punya bea masuk CPO dari Malaysia itu 4% lebih murah daripada Indonesia. Start mulai Januari 2019, tentu ini merugikan posisi Indonesia. sehingga kita melihat posisi kita untuk negosiasi dengan Malaysia. Kemudian kedua posisi biodisel pun mereka masih 7,5%, padahal dalam perjanjiannya mereka 10%, itu sudah diamanatkan di 2018 ini sehingga tentu tahun depan kita push lagi kapan mereka ikut Indonesia di B20," papar dia.


Airlangga menambahkan jika dibandingkan dengan posisi yang sama antara pengusaha sawit Malaysia dan Indonesia, pihak Malaysia lebih diuntungkan daripada Indonesia.

"Karena dengan demikian kan kalau dihitung perusahaan Indonesia kena bea keluar, dia nggak kena. Kemudian bea masuk ke India dia lebih diuntungkan. Sehingga dalam posisi dagang, Malaysia lebih diuntungkan daripada Indonesia. Ini yang harus dibicarakan dalam rapat ini," jelas dia. (hns/hns)

Hide Ads