Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution penurunan harga karet disebabkan pembentukan harga di future market Shanghai, China dan Singapura. Sebab, di sana terdapat produksi karet dengan jenis berbeda yang melimpah.
"Pembentukan harga kareta alam langsung atau tidak langsung dipengaruhi bursa-bursa future market terutama di Shanghai, China, Jepang, di Singapura juga," kata dia di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (25/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan, jenis karet yang terdapat di future market tersebut adalah karet berkualitas tinggi yang biasanya digunakan sebagai bahan campuran peralatan kesehatan.
"Karena bursa di Shanghai itu menyangkut karet yang bukan karet alam yang tidak kita kenal. Itu karet lain yang digunakan untuk keperluan alat-alat kesehatan yang kualitasnya tinggi daripada karet alam dipakai untuk industri ban mobil," sambung dia.
Maka dari itu, Indonesia berserta Thailand dan Malaysia mengadakan pertemuan International Tripartite Rubber Council (ITRC) di Thailand pada 22 Februari kemarin. Dalam perteman diputuskan kebijakan bersama guna mendongkrak harga karet.
Senada dengan itu, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengatakan harga karet dipengaruhi oleh pembuatan harga di bursa Shanghai. Maka dari itu, ia mendukung kebijakan yang diputuskan tersebut.
"Ini yang menyebabkan harga karet jatuh karena bursa Shanghai sangat likuid dan tinggi sekali permainan spekulasinya. Dengan upaya ini kita coba mencubit pasar global mengembalikkan harga ke level yang remuneratif," terang dia.
Baca juga: Darmin bakal Wakili RI di Forum Raja Karet |
Moenardji juga memaparkan harga karet terus mengalami penurunan hingga saat ini berada di kisaran US$ 1,45 per kilogram (kg). Padahal di tahun 2011, harga karet pernah berada di angka US$ 5 per kg. (dna/dna)