Bahkan Sekjen DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Titus Indrajaya menyebutkan bahwa imbas dari harga tiket yang mahal setidaknya hampir 5% anggotanya gulung tikar.
"Kalau laporan kita kan nunggu kabar dari daerah keterangan bahwa ini berhenti menjadi anggota karena gulung tikar, ada lah kisarannya nggak sampai 5%," ungkap Titus pada diskusi Kongkow Bisnis PasFM, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Titus menyebutkan wajar apabila ada yang gulung tikar. Masalahnya dari 7.000 anggota Asita, menurutnya 60%-nya merupakan biro perjalanan yang menjual tiket.
"Kalau tutup ada lah di daerah ada dampaknya, kita kan 60% anggota kita total 7.000 anggota itu travel agent, fokusnya ticketing," ungkap Titus.
Titus menilai kalau tiket terus mahal, sama saja seperti menahan masyarakat membeli tiket pesawat. Lalu dia mengatakan dari mana lagi pemasukan biro perjalanan kalau bukan dari penjualan tiket.
"Kalau tiketnya mahal seperti itu, sama saja seperti menahan membeli tiket," ungkap Titus.
Titus juga menyebutkan setidaknya di Kalimantan Timur sudah ada anggotanya yang gulung tikar.
"Ada (yang gulung tikar), saya baru dapat info dari Kalimantan Timur sudah ada yang merekomendasikan diri untuk penutupan," ungkap Titus.
Titus sebelumnya mengungkapkan bahwa penjualan tiket para anggotanya telah menurun hingga 40%.
"Infonya 30-40% dampak penurunannya, di Bali aja orang ke Bali lokalnya turun, di Yogyakarta di daerah pulau Jawa juga turun," kata Titus. (zlf/zlf)