Pegatron memindahkan basis produksi non-iPhone untuk menghindari tarif tinggi saat produk diekspor ke Amerikat Serikat.
Pasalnya, perakit komponen asal Taiwan tersebut terkena imbas dari perang dagang Amerika Serikat (AS) - Cina. Sehingga, tarif ekspornya lebih mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut mengatakan, kesepakatan ini akan memberikan keuntungan besar bagi Indonesia. Namun, ia belum mengetahui angka tepatnya.
Untuk waktunya, ditargetkan sebelumnya Pegatron akan mulai produksi di pertengahan 2019. Namun, hingga saat ini masih dalam penyelesaian masalah teknis.
"Sekarang masih proses, ada masalah teknis," ungkapnya.
Pegatron direncanakan membuka pabrik di Batam. Karena, Batam dinilai lebih menjanjikan karena investasi di sana lebih cepat berkembang. Selain itu, lokasi Batam juga strategis, dekat dengan Singapura. Hal ini diyakini dapat mempermudah ekspor.
Lalu, terkait perang dagang ini, Luhut menyatakan, ia telah bertemu dengan perwakilan Cina dan AS. Pertemuan ini sebagai bentuk penawaran kepada dua negara tersebut untuk mengikuti jejak Pegatron. Tentunya hal ini dapat menjadi keuntungan bagi Cina, AS, dan Indonesia sendiri.
"Kita bicara sama bank, seperti Standar Chatered, sama orang Tiongkok sendiri. Supaya mereka relokasi ke Indonesia. Tapi kita bicara juga ke AS. Mereka mau. Nanti saya ketemu juga dengan chambers of commerce mereka di tanggal 17 Juni 2019. Jadi kita melihat keuntungan buat Indonesia banyak," papar Luhut. (dna/dna)