Meski rencana ini sudah diutarakan Jepang, pelaksanaannya baru akan dimulai 28 Agustus nanti. Konsekuensi dari langkah yang diambil Jepang adalah, ekspor impor yang dilakukan kedua negara akan menjadi ketat ketentuannya.
Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menegaskan bahwa, dengan mencabut status Korea Selatan sebagai mitra dagang terdepan, berarti membuat negara itu akan menerima perlakuan yang sama dalam perdagangan dengan negara di wilayah Asia lainnya, termasuk Taiwan.
Baca juga: Laba Samsung Anjlok 56% di Kuartal II-2019 |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika Jepang berupaya untuk merusak ekonomi kita, Pemerintah Korea juga memiliki tindakan balasan untuk meresponsnya," kata Moon Jae-In.
Partai Demokrat yang berkuasa di Korea juga angkat bicara, mereka menyebut keputusan Jepang itu sebagai pernyataan perang ekonomi habis-habisan terhadap negaranya.
Korea Selatan sendiri rupanya merupakan mitra dagang terbesar ketiga Jepang, setidaknya negara ginseng ini membeli barang-barang dari Jepang sekitar US$ 54 miliar. Mulai dari mesin industri, bahan kimia, dan mobil.
Ketegangan antara kedua negara dimulai bulan lalu ketika Tokyo mempererat kontrol pada ekspor terhadap tiga bahan kimia ke Korea Selatan. Bahan-bahan seperti poliamida berfluorinasi, photoresists dan hidrogen fluoride yang digunakan untuk membuat chip komputer, dipersulit masuk ke Korea.
Kontrol perdagangan yang makin erat itu membuat ekspor dari Jepang jadi terbatas dan sulit. Perusahaan Jepang harus mengajukan lisensi untuk masing-masing bahan kimia yang mereka jual ke Korea Selatan. Bahkan, prosesnya dibuat lama hingga bisa memakan waktu 90 hari.
Pembatasan-pembatasan itu pun sudah dirasakan pada industri semikonduktor global. Samsung Korea Selatan (SSNLF) dan SK Hynix yang membuat hampir dari dua pertiga chip memori dunia, terhambat produksinya.
Padahal, chip tersebut digunakan dalam segala hal mulai, dari smartphone hingga mobil yang pintar. Bahkan, pembuat smartphone sekelas Apple (AAPL) dan Huawei mengandalkan chip memori dari perusahaan yang berinduk di Korea Selatan itu.
Kepala hubungan investor Samsung Robert Yi mengomentari langkah terbaru yang dilakukan Jepang. Katanya, Samsung dipastikan menghadapi kesulitan karena kontrol perdagangan dan ketidakpastian bisnis yang mengiringinya.
"Perusahaan kami menghadapi kesulitan karena kontrol ekspor Tokyo. Kami juga merasa akan ada ketidakpastian yang dibawa proses baru ini," kata Robert.
Sedangkan, juru bicara SK Hynix mengatakan bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan pada pengadaan bahan baku.
"Kesulitan tertentu akan muncul dalam mengamankan (pengadaan) bahan baku. Apalagi, sekarang Korea Selatan tidak masuk daftar putih (daftar mitra dagang Jepang)," kata SK Hynix.
(dna/dna)