Eisenmann mengajukan kebangkrutannya melalui Pengadilan Distrik Stuttgart, Jerman. Perusahaan ini pada 2017 berhasil membukukan pendapatan tahunan sebesar US$ 806 juta setara dengan Rp 11,2 triliun (kurs Rp 14 ribu) pada 2017, dengan jumlah karyawan hingga 3 ribu orang.
"Ini adalah contoh tekanan besar yang muncul dari para pemasok mobil. Kami memperkirakan kondisinya akan menjadi lebih baik dalam waktu dekat," ungkap seorang analis dari Evercose ISI, dikutip dari Reuters, Selasa (6/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Perusahaan 'Iron Man' Masih Berdarah-darah |
Dikutip dari CNBC Indonesia, Eisenmann yang berbasis di Boeblingern, Jerman, sedang mencari mitra strategis untuk Paint & Assembly, serta bisnis aplikasi teknologi. Menurut Eisenmann, sudah ada calon pembeli yang telah menyatakan minat.
Kebangkrutan itu terjadi karena pemasok mobil dan produsen mobil yang lebih besar, termasuk Daimler dan Continental, telah mengeluarkan sinyal soal laba, yang dipicu oleh penurunan permintaan untuk produksi mobil yang lebih buruk dari perkiraan.
Eisenmann juga mengalami masalah likuiditas. Ini karena proyek-proyek besar yang dimulai pada 2018 menyebabkan kerugian besar terjadi dari tahun ke tahun. Namun, seorang juru bicara menolak untuk memberi tahu proyek mana yang menyebabkan perusahaan itu bangkrut.
(hns/hns)