Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, berdasarkan data yang dia peroleh, konsumsi baja di Indonesia cuma 52 kilogram (kg) per kapita, kalah dari Filipina hingga Korea Selatan.
"Kita saja kalah sama Filipina, kalah sama Malaysia. Malaysia hampir 300 kg. Sama Singapura saja kalah, Singapura sudah 400an kg per org per tahun," kata dia dalam Seminar 'Mendorong Keterkaitan Antar Sektor Industri dan Antar Wilayah untuk Mendorong Pengembangan Otomotif, TPT dan Alas Kaki' di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata dia konsumsi baja paling tinggi adalah Korea Selatan sebesar 1.100 kg per kapita. Rendahnya konsumsi baja di Indonesia bisa mengindikasikan dua hal, pertama terkait pembangunan infrastruktur itu sendiri, kedua karena industrinya.
"Jadi konsumsi baja per kapita ini bisa kita artikan sebagai dua hal. Satu, industrinya belum terlalu hebat, (kedua) sama infrastrukturnya belum terlalu hebat. Kalau dua-duanya tinggi, ini pasti tinggi (konsumsinya)," jelas dia.
Secara nasional berdasarkan data yang dia paparkan, konsumsi baja pada 2018 adalah sebesar 15,1 juta ton. Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 11,03% dari tahun sebelumnya.
Dia memperkirakan pada tahun 2024 konsumsi baja akan mengalami peningkatan lagi menjadi 21,4 juta ton. Krakatau Steel menyebut yang bisa diproduksi oleh perseroan sekitar 10 juta ton. Masih ada ruang yang belum bisa dipenuhinya sebesar 11,4 juta ton.
"Jadi ada potensi, 2024 konsumsi itu bisa 21 juta ton. kalau Krakatau Steel 10 juta ton artinya masih ada room lagi yang besar," tambahnya.
(toy/ara)