-
Mobil Esemka Bima akhirnya resmi diluncurkan pada Jumat 6 September 2019. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyaksikan langsung prosesi tersebut. Esemka adalah pemain baru di industri otomotif yang merupakan garapan lokal.
Saat ini industri otomotif Indonesia diketahui didominasi oleh merek Jepang. Cukup menjadi pertanyaan apakah Esemka mampu bersaing di pasaran? Informasi selengkapnya dirangkum pada berita selanjutnya.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi mengatakan, pihaknya belum mengetahui banyak mengenai mobil Esemka. Tapi jika Esemka mampu memenuhi sejumlah hal mereka pasti akan mampu bertahan, salah satunya adalah layanan purna jual.
"Kalau sebagai pemain industri otomotif di Indonesia tentunya kita melihat itu yang menjadi jaminan utama untuk bisa survive di Indonesia adalah layanan purna jual," kata dia saat diwawancara detikcom, Senin (9/9/2019).
Layanan purna jual ini meliputi beberapa hal, yaitu Esemka tentunya harus menyiapkan dengan baik showroom, after sales service atau layanan ke konsumen setelah melakukan pembelian produk, serta jaminan ketersediaan sparepart atau onderdil.
"Sederhananya tentunya kalau mereka harus mempersiapkan namanya showroom, dan after sales service serta jaminan sparepart. Tapi rasanya itu hal-hal yang sangat umum, tentunya mereka sudah mampu lah," jelasnya.
Faktor berikutnya yang bisa membuat Esemka survive adalah harga yang kompetitif dan kekuatan brand image dari produknya.
"Pemain baru khususnya dia harus mencoba untuk bisa memperkuat brand image-nya di Indonesia dan menjual produknya di Indonesia dengan harga yang kompetitif. Kira-kira ke sana," paparnya.
Pengamat Otomotif Bebin Djuana menjelaskan, Esemka harus mampu membangun jaringan sampai ke pelosok-pelosok. Pasalnya mobil model pick up alias bak terbuka ini lebih diperuntukkan di desa-desa, misalnya mengangkut hasil bumi.
"Esemka masih punya peluang, tidak perlu takut dengan pemain lama yang sudah eksis. Yang dibutuhkan kerja keras karena jualannya ke pelosok nusantara," kata dia saat diwawancara detikcom, Senin (9/9/2019).
Dia mencontohkan, Esemka harus mampu membangun jaringan bengkel yang mampu menangani mobil tersebut di pelosok, serta jaringan toko yang mau menjual onderdil kendaraan niaga tersebut.
Itu diperlukan kerja sama dengan Sekolah Teknik Menengah (STM) di bidang otomotif. Mereka perlu diperkenalkan dengan Esemka. Jadi nantinya mereka bisa menangani mobil tersebut ketika dibutuhkan. Pemiliknya jadi tak perlu jauh-jauh ke kota untuk melakukan perbaikan.
Mobil Esemka menurutnya juga harus dipastikan tangguh menghadapi kondisi di pelosok, mulai dari daya angkut barang, kapasitas tangki BBM, hingga irit bahan bakar.
"Tantangannya adalah kendaraan berkualitas, dibutuhkan kendaraan yang awet, yang tidak rewel. Itu yang menjadi kunci untuk bisa berhasil untuk Esemka," tambahnya.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Ditjen ILMATE Putu Juli Ardika mengatakan, kelebihan pertama yang dimiliki oleh Esemka adalah daya angkutnya lebih besar dibandingkan mobil pick up atau bak terbuka merek lain.
"Jadi Esemka ini punya keunggulan. Pertama kali adalah baknya itu lebih besar sehingga dia daya muatnya akan cukup besar dibandingkan (merek) sejenisnya," kata Putu saat diwawancara detikcom, Senin (9/9/2019).
Keunggulan kedua, lanjut dia yaitu harganya yang lebih murah dibandingkan dengan merek lain. Itu tentunya menjadi daya tarik bagi masyarakat yang mencari mobil dengan harga terjangkau, yaitu Rp 95 juta untuk yang off the road.
Sementara menurut Putu, mobil sejenis dengan merek lain harganya bervariasi, tapi rata-rata di atas Rp 100 juta hingga Rp 150 juta.
"Harganya dia (Esemka) sekarang itu dibanderol kemarin itu untuk yang off the road di bawah Rp 100 juta. Kan itu sehingga ini akan mendorong pilihan masyarakat untuk menggunakan," jelasnya.