Dengan kenaikan harga rokok, apa komentar perokok alias ahli isap?
Usman, seorang driver ojek online mengaku kaget dengan adanya kenaikan harga rokok. Rokok bagaikan kebutuhan pokok untuknya, dia bisa menghabiskan dua bungkus rokok Sampoerna Mild dalam sehari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Usman, dirinya mungkin akan mengakali cara membeli rokok agar tetap bisa 'ngudud'. Dia mengatakan mungkin akan membeli rokok dalam jumlah besar agar lebih murah atau pilihan lain mengganti jenis rokok yang dia konsumsi.
"Saya akalin ya paling, nggak tau bisa apa kagak berhenti. Udah kepalang kecanduan saya. Saya beli se-slop sekalian kali ya biar murah, atau ya relain dah ganti nggak ngerokok Mild, cari yang lebih murah," kata Usman.
Fajrin, seorang kasir di sebuah minimarket mengaku belum berniat untuk berhenti merokok. Ia juga mengakui cukup terbebani dengan kenaikan harga rokok.
"Saya sih emang udah ngurangin, karena kerja juga kan jadi kasir nggak bisa seenaknya keluar buat ngerokok. Sehari saya bisa sebungkus (Gudang Garam) Filter, dulu bisa dua kali beli, tapi kalau ditanya mau berhenti belum kayaknya," ungkap Fajrin.
Fajrin mengatakan mungkin akan mengganti rokoknya kalau memang sudah tidak mampu beli rokok yang biasa dia beli.
"Ganti Samsu (Dji Sam Soe) kali yang murah," kata Fajrin.
Pemerintah sendiri beralasan menaikkan harga rokok untuk menurunkan konsumsi rokok di Indonesia. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, jumlah relevansi perokok meningkat dari sisi perempuan dan anak-anak.
"Memang ada tren yang perlu menjadi perhatian kita, pertama bahwa jumlah relevansi mereka yang menghisap rokok meningkat, baik dari sisi perempuan terutama dan anak-anak," kata Sri Mulyani di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/9/2019).
"Dari anak anak dan remaja naik dari 7% menjadi 9%, dari perempuan dari 2,5% menjadi 4,8%" sambungnya.
(Herdi Alif Al Hikam/ara)