Atas dasar itu harga tembakau di level petani pun anjlok sejak akhir tahun lalu karena ancaman hasil produksi mereka tak terserap industri.
"(Harga anjlok) di pasar itu kemarin rata-rata 20%. Jadi petani panennya bagus sih, kualitas bagus tapi mereka mengeluh," kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno saat dihubungi detikcom, Jumat (3/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Harga Rokok Naik, Jadi Berapa Sekarang? |
Penurunan sekitar 20% dihitung dari harga normal di kisaran Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu per kilogram (kg).
"Baru isu saja perdagangan tata niaga tembakau sudah dimainkan pedagang. Ini (katanya) tahun depan (2020) ucapannya begitu, ini tahun depan pabrikan beli sedikit nih petani nanti nggak terbeli, ya sudah harga tergoncang di bawah jatuh," jelasnya.
Baca juga: Harga Rokok Naik, Beli Atau Jual Sahamnya? |
Dia mengatakan, sebenarnya petani tembakau sudah menyampaikan aspirasi atas rencana kenaikan cukai rokok sejak tahun lalu. Sayangnya pemerintah tetap menaikkannya sebesar 23%.
"Madura demo beberapa kali, di Jember itu harganya nggak bisa naik lagi. Ya sebenarnya itu bukan pada tingkat pabrikan lah. Pada tingkat pedagang. Pedagang kan paling sensitif kalau pakai isu-isu begitu kan. Mereka ngerti, kalau petani mana tahu lah," tambahnya.
(toy/dna)