Manufaktur RI Babak Belur, Ini Kata Menperin

Manufaktur RI Babak Belur, Ini Kata Menperin

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 07 Mei 2020 22:00 WIB
Industri manufaktur
Foto: Istimewa
Jakarta -

Industri pengolahan non migas mengalami tekanan yang cukup berat akibat dampak virus Corona. Kontraksi pada sektor manufaktur ini dipengaruhi utamanya oleh penurunan permintaan domestik, yang selama ini mampu menyerap hingga 70 persen dari total produksi industri manufaktur dalam negeri.

Maka itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan strategi untuk meredam dampak tersebut.

"Ketika daya beli menurun, secara otomatis perusahaan industri melakukan penyesuaian termasuk penurunan utilitasnya," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya, Kamis (7/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi tersebut tercermin melalui Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia yang turun pada bulan April 2020 hingga menyentuh angka 27,5. Menurut Agus, turunnya utilitas industri hingga 50 persen menyebabkan merosotnya indeks PMI manufaktur Indonesia.

"Selain itu, beban input dari impor serta tekanan kurs juga meningkat, akibatnya output menurun signifikan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Terang Agus, kondisi Indonesia saat ini hampir serupa dengan yang dialami India. Negara tersebut juga memiliki struktur industri yang mirip dengan Indonesia.

Maka itu, Kemenperin berupaya mendorong peningkatan rasio penyerapan produk industri Indonesia di pasar global untuk jangka menengah dan jangka panjang.

"Sedangkan langkah yang perlu dan segera dilakukan adalah menyeimbangkan strategi pertumbuhan ekonomi dan pembatasan penyebaran COVID-19," terangnya.

Kemenperin juga telah memetakan sejumlah sektor industri yang terdampak pandemi COVID-19. Dari hasil pemetaaan, didapati tiga kelompok besar, yaitu industri yang suffer, moderat, dan high demand. Pihaknya akan mencari jalan keluar agar industri yang terdampak berat tetap dapat bertahan.

"Untuk industri yang masuk dalam kelompok high demand, akan kami optimalkan kinerjanya," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia meyakini bahwa industri manufaktur nasional dapat pulih secara bertahap ketika kembali beroperasi dengan normal.

"Kami berharap nanti dalam tiga bulan setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selesai, angka PMI manufaktur Indonesia dapat kembali di level 51,9 seperti yang pernah kita raih pada bulan Februari 2020," ujarnya.




(acd/fdl)

Hide Ads