RI Mulai Buat Ventilator, Ini Daftar Harganya

RI Mulai Buat Ventilator, Ini Daftar Harganya

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 15 Jul 2020 07:01 WIB
ITB dan PTDI bekerja sama untuk memproduksi ventilator portabel bernama Ventilator Indonesia. Sebanyak 500 ventilator diproduksi setiap minggunya.
Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Jakarta -

Indonesia selama ini masih bergantung pada ventilator impor untuk menunjang kesehatan. Sementara kebutuhan barang tersebut meningkat di tengah pandemi COVID-19. Negara pun berupaya untuk menekan ketergantungan tersebut.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro pun menjelaskan bahwa Indonesia sudah bisa memproduksi ventilator. Itu dibuat oleh perguruan tinggi, perusahaan swasta, dan lembaga pemerintah.

"Jadi kami mencoba membuat ventilator, tidak hanya sekadar bisa memenuhi fungsinya sebagai alat kesehatan, dan tentunya ini semua yang kami sampaikan sudah disampaikan Pak Menkes, sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan dan sudah melakukan baik uji klinis maupun uji alat di BPFK (Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan)," kata dia dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (14/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu berapa harga ventilator buatan anak negeri tersebut? Untuk yang buatan ITB, UNPAD, dan Salman berbentuk CPAP Rp 16 juta. Lalu untuk buatan UI yang berupa CPAP dan CMV Rp 30 juta.

"Ya itu yang ITB bentuknya CPAP harganya Rp 16 juta, yang UI CPAP dan CMV Rp 30 juta, yang Dharma Group karena sifatnya ventilator emergency dan pneumatic base ini Rp 100 juta," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya ventilator emergency buatan BPPT Rp 20 juta, ventilator emergency buatan ITB Rp 18 juta. Lalu ada ventilator ICU buatan UGM yang masih dalam proses uji klinik.

Bagaimana dengan alat rapid test COVID-19? Baca di halaman selanjutnya.

Bambang Brodjonegoro menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta alat tes COVID-19 tidak lagi diimpor, alias menggunakan produk dalam negeri sepenuhnya.

"Presiden sudah menegaskan bahwa kalau bisa rapid test itu tidak perlu impor lagi," kata dia dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (14/7/2020).

Terkait kesiapan Indonesia untuk lepas dari ketergantungan impor, dia menjelaskan sudah diproduksi alat rapid test. Sudah ada dua perusahaan yang membuatnya, yaitu PT Hepatika Mataram, dan PT Prodia.

"Bulan ini produksinya 200.000 unit dan bulan depan insyaallah sudah 400.000 unit. Dan kami masih terus mencari partner industri lain yang tentunya bisa membuat produksinya lebih besar lagi," ujarnya.

Pengetesan virus Corona menggunakan produk buatan dalam negeri itu menurutnya hanya membutuhkan 5-10 menit dengan mengambil darah dari ujung jari, dan tingkat keakuratannya berdasarkan pengujian di atas 90%, ditambah produksinya menggunakan isolat virus yang bertransmisi di Indonesia. Harganya pun kompetitif, yaitu Rp 75.000 per tes.

Pihaknya juga mencoba membuat bahan baku antigen untuk rapid test yang selama ini masih impor.

"Selain rapid test, kami juga mengembangkan PCR test kit yang saat ini sudah dipakai di berbagai lab, sudah diproduksi oleh Biofarma, mereknya itu adalah Nusantara COVID-19. Kebetulan yang menginisiasi adalah BPPT bersama dengan startup yang bernama Nusantic," tambahnya.



Simak Video "3 Alasan Mengapa Tak Perlu Install Antivirus di iPhone "
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads