PHK Merajalela, Perajin Batik Banting Setir Jadi Tukang Parkir

PHK Merajalela, Perajin Batik Banting Setir Jadi Tukang Parkir

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 01 Okt 2020 12:40 WIB
Sejumlah perajin asal Bandung berkreasi dengan memproduksi motif batik Virus Corona. Motif itu digambarkan pada kain yang akan dijadikan baju atau masker wajah.
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Jakarta -

Jelang Hari Batik Nasional, industri batik sedang mengalami pukulan telak karena pandemi Corona. Gelombang gulung tikar menghampiri industri batik kecil di daerah, sementara yang masih bertahan pun mulai mengurangi pekerjanya.

Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Komarudin Kudiya mengatakan kini banyak perajin batik yang alih profesi karena kehilangan pekerjaan.

Bahkan, menurut Komarudin, bekas pekerjanya ada yang alih profesi menjadi tukang parkir. Dia mengatakan usaha batiknya sendiri di Cirebon sudah mengurangi pekerja dari 250 orang menjadi 100-an orang saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari sisi jumlah perajin yang saya pekerjakan, kalau di Batik Komar saja di Cirebon ini kita ada 250 orang awalnya, sekarang cuma 100-an. Karyawan saya ada yang pindah sablon kaos, pindah ke merchandise, pengolahan rotan juga ada," ungkap Komarudin kepada detikcom, Kamis (1/10/2020).

"Malah yang jadi tukang parkir itu aja banyak," katanya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, menurut perhitungan pihaknya, secara total setidaknya ada 140 ribu perajin batik yang tersebar di berbagai daerah. Menurut perhitungan kasarnya, dia menyebut sudah ada 70 ribu yang diputus kerja.

"Industri batik itu ada 140 ribu perajin, misalnya hitungan 50%-nya itu 70 ribu terpaksa diputus, mereka beralih profesi," papar Komarudin.

Dia melanjutkan, setidaknya ada 40 ribuan pengusaha batik kecil. Saat ini, sekitar 20 ribu di antaranya sudah gulung tikar.

Komarudin mengatakan ada 50% industri kecil batik bermodal di bawah Rp 200 juta gulung tikar. Jumlahnya sekitar 20 ribuan industri.

"Dalam hitungan kita itu ada sekitar 30-40 ribuan, kalau 50% tutup ya sekitar 20 ribuan barangkali yang gulung tikar. UMKM batik yang di Cirebon aja ada 200-300 udah tutup, udah nggak kuat," ungkap Komarudin.




(eds/eds)

Hide Ads