Hari batik nasional akan diperingati esok hari, tepatnya 2 Oktober 2020. Namun, di tengah peringatan hari yang spesial ini, pengusaha dan perajin batik sedang mengalami kondisi yang kurang baik.
Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Komarudin Kudiya mengatakan saat ini para pengusaha kecil batik mengalami gelombang gulung tikar. Dia menyebutkan pihaknya mencatat sudah ada 50% pengusaha kecil batik yang gulung tikar.
Pandemi Corona jadi biang keroknya. Di tengah kondisi pandemi, menurutnya minat membeli batik berkurang. Alhasil, banyak produk yang tidak laku dan usaha pun tak bisa berjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat sekarang sih boleh dikatakan kita lagi sulit, 50% pengusaha pembuat batik yang modalnya UMKM di bawah Rp 200 jutaan berhenti produksi semuanya, bisa dibilang gulung tikar. Karena mereka ini udah nggak tahan berapa bulan ini produk nggak bisa terjual ya, jadi nggak bisa memutar modal," kata Komarudin kepada detikcom, Kamis (1/10/2020).
Bila dihitung secara kasar, setidaknya menurut Komarudin ada 40 ribuan pengusaha batik kecil, sekitar 20 ribu di antaranya sudah gulung tikar.
"Dalam hitungan kita itu ada sekitar 30-40 ribuan, kalau 50% tutup ya sekitar 20 ribuan barangkali yang gulung tikar. UMKM batik yang di Cirebon aja ada 200-300 udah tutup, udah nggak kuat," ungkap Komarudin.
Para perajin yang dipekerjakan pun terpaksa harus diputus kerja. Setidaknya dia mencatat dari 140 ribu perajin batik, sudah ada 70 ribu yang diputus kerja.
"Industri batik itu ada 140 ribu perajin, misalnya hitungan 50%-nya itu 70 ribu terpaksa diputus, mereka beralih profesi," kata Komarudin.
"Saya aja nih di usaha saya sendiri batik Komar di Cirebon. Perajinnya dari sebanyak 250 orang, sekarang cuma 100-an orang sisanya," sambungnya.
(eds/eds)