Dukungan pemerintah di seluruh negara kepada masing-masing maskapai penerbangannya telah menghentikan beberapa maskapai dari kebangkrutan. Namun, para ahli penerbangan memprediksi akan banyak maskapai jatuh ke jurang kebangkrutan dalam beberapa bulan mendatang.
Perusahaan analisis industri travel mengungkap setidaknya ada 43 maskapai komersial di ambang kebangkrutan sejak Januari 2020. Sejumlah maskapai itu terancam bangkrut setelah menghentikan seluruh operasinya.
"Tanpa intervensi dan dukungan pemerintah, kami akan mengalami kebangkrutan massal dalam enam bulan pertama krisis ini, "kata analis Sobie Aviation Brendan Sobiei, dikutip dari CNBC, Jumat (9/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sobie mengatakan banyak maskapai penerbangan sudah terpuruk dan berjuang sebelum pandemi melanda, tetapi mereka sekarang memiliki kesempatan lebih baik untuk bertahan hidup jika mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Meskipun ada bantuan keuangan, bagaimanapun prospek sisa tahun 2020 tidak terlihat bagus. Banyak kegagalan yang terjadi pada maskapai penerbangan beberapa bulan terakhir. Bagi maskapai kuartal-I dan kuartal-II 2020 menjadi kondisi yang paling sulit. Meski pendapatan mulai membaik pada kuartal-II dan III.
Harapan maskapai penerbangan saat ini bagaimana perusahaan bisa bertahan dengan biaya berapa pun. Mereka juga berharap 2021 menjadi tahun penuh dengan solusi agar permintaan lebih tinggi.
Sobie setuju dengan prediksi tersebut, dan mengatakan beberapa pemerintah mungkin enggan untuk memberikan jaminan kepada maskapai penerbangan untuk kedua kalinya.
"Tapi saya tetap tidak mengharapkan kebangkrutan massal. Jumlah kebangkrutan dan keruntuhan harus bisa dikelola dan juga tersebar dalam jangka waktu yang relatif lama, "ujar Sobie.
Dari 43 maskapai penerbangan yang gagal pada 2020 sejauh ini, 20 di antaranya mengoperasikan setidaknya 10 pesawat. Akibatnya, jumlah pesawat yang lebih tinggi juga berhenti beroperasi. Sejauh ini, sekitar 485 pesawat telah menganggur karena kegagalan maskapai, Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan pada 2019 dengan 413 pesawat terhenti dan 2018 sejumlah 406 pesawat.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional minggu ini memperingatkan bahwa industri akan menghabiskan US$ 77 miliar setara Rp 1.100 triliun (Rp 14.700) dalam bentuk tunai pada paruh kedua tahun 2020.
Seterusnya mungkin, mengalami kerugian sekitar US$ 5 miliar (Rp 73 triliun) atau US$ 6 miliar (Rp 88 triliun) per bulan pada tahun 2021 karena pemulihan yang lambat. Asosiasi telah mengatakan lalu lintas penumpang kemungkinan akan kembali ke level 2019 pada 2024.