Wamenhan Ungkap PR Industri Pertahanan: Bahan Baku Masih Impor

Wamenhan Ungkap PR Industri Pertahanan: Bahan Baku Masih Impor

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 23 Okt 2020 11:19 WIB
Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono
Wamenhan Wahyu Trenggono/Foto: Citra Nur Hasanah / 20detik
Jakarta -

Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan masalah yang terjadi pada industri pertahanan dalam negeri. Masalah tersebut adalah ketergantungan impor bahan baku.

Menurutnya, industri pertahanan dalam negeri sudah banyak memproduksi alat-alat ketahanan yang selama ini digunakan pemerintah. Dari PT Pindad (Persero) misalnya, dua senjata produksi perusahaan pelat merah ini sudah digunakan oleh TNI, yaitu SS1 dan SS2. Pindad juga sudah memproduksi tank Anoa serta beberapa kendaraan taktis dan tempur.

Menurut Trenggono, kendati produksi alat pertahanan cukup baik dilakukan, namun kebanyakan bahan bakunya masih impor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah selama ini produksi ada, tapi bahan bakunya impor. Terus ada juga kendaraan taktis dan tempur bisa diproduksi tapi (bahan bakunya) masih impor," ungkap Trenggono dalam sesi wawancara khusus bersama detikcom, Rabu (21/20/2020).

Melihat masalah ini, menurutnya, rencana pelibatan pihak swasta dalam industri pertahanan menjadi penting. Dengan masuknya pihak swasta, dia berharap ada dana segar dan transfer teknologi untuk membuat bahan baku senjata bisa juga diproduksi di dalam negeri.

ADVERTISEMENT

"Nah di mana itu kalau keahlian bisa dibawa dengan investasi ke sini, maka bahan bakunya itu di Indonesia bisa dipenuhi," ungkap Trenggono.

"Jadi pentingnya itu tadi di situ, know how, knowledge-nya ini kita belum sampai, maka butuh lah kita orang lain, orang yang bisa bawa konteks bisnis, konteks riset juga," katanya.

Trenggono juga mengatakan, sebetulnya industri pertahanan bukan cuma berhubungan dengan senjata. Namun banyak hal lain yang juga masuk ke dalam urusan pertahanan negara.

Salah satunya, dia menyebut industri farmasi masuk sebagai industri pertahanan. Pasalnya berhubungan dengan ketahanan kesehatan banyak orang. Kenyataannya, menurut Trenggono, sama seperti industri persenjataan, farmasi juga masih banyak melakukan impor bahan baku.

"Ketahanan manusianya juga penting. Contohnya obat-obatan, 95% bahan baku obat kita impor, kalau bisa dibuat dalam negeri itu kedaulatan ketahanan juga," ungkap Trenggono.

(ara/ara)

Hide Ads