Coca-Cola sedang merampingkan perusahaannya. Mereka telah berhenti memproduksi 200 jenis produk minumannya.
Hal ini dilakukan karena beberapa produk tersebut kurang diminati pasar. Sementara itu perusahaan ingin fokus untuk memproduksi minuman yang banyak diminati masyarakat.
Berikut ini 3 fakta menariknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. 200 Jenis Minuman Disetop Produksi
Coca-Cola sudah menyetop sebanyak 200 jenis produk minumannya, atau mencapai setengah dari portofolionya.
Raksasa minuman itu telah mengumumkan bahwa mereka akan berhenti memproduksi minuman seperti Tab, Zico, hingga Odwalla karena minim peminat.
Dilansir dari CNN, Kamis (22/10/2020), dengan mengurangi portofolio, bisa membuat Coca-Cola fokus pada penawaran produknya yang paling menguntungkan. Beberapa produk yang menguntungkan seperti Coca-Cola Zero Sugar, Topo Chico, AHA.
2. Perbedaan Penjualan Mencolok
CEO James Quincey menilai ada perbedaan mencolok dari beberapa produk Coca-Cola yang kurang mencolok. Memilah merek adalah salah satu dari sejumlah strategi yang ditetapkan perusahaan musim panas ini untuk membantunya tumbuh.
Baca juga: Coca-Cola Setop Produksi 200 Jenis Minuman |
Mereka mengatakan langkah itu akan membebaskan sumber daya untuk berinvestasi dalam minuman dengan pertumbuhan lebih tinggi.
3. Kinerja Keuangan Anjlok
Coca-Cola sendiri baru saja melaporkan pendapatan kuartal ketiganya yang menurun, pabrikan minuman bersoda ini mencatatkan penurun pendapatan sebesar 9%. Pandemi Corona disebut menekan permintaan mereka.
Dilansir dari CNBC, Coca-Cola melaporkan laba bersih kuartal ketiga sebesar US$ 1,74 miliar atau sekitar Rp 25,4 triliun (dalam kurs Rp 14.600). Jumlahnya turun dari perolehan tahun lalu yang mencapai US$ 2,59 miliar atau sekitar Rp 37,8 triliun.
Jumlah itu belum termasuk penurunan nilai aset dan juga biaya pesangon terkait dengan rencana restrukturisasi dan item lainnya. Penjualan bersih pun sudah turun 9% menjadi US$ 8,65 miliar.
Meski begitu, perusahaan telah melampaui perkiraan pendapatan. Hal ini membuat saham naik 2,7% dalam perdagangan pra-pasar.
Penghasilan per sahamnya sendiri mencapai 55 sen, dari perkiraan yang cuma mencapai 46 sen.
(zlf/zlf)