Vaksin AstraZeneca menjadi polemik di berbagai negara. Mulai dari maslah data efikasi di Amerika Serikat hingga polemik pengadaan vaksin yang terjadi di Uni Eropa. Bahkan di Indonesia, vaksin AstraZeneca disebut haram.
Sebenarnya apa sih yang terjadi pada vaksin AstraZeneca, kok bisa jadi masalah di mana-mana? Untuk memahaminya, mari kita bahas satu per satu. Simak pembahasannya yang dirangkum detikcom berikut.
Siapa AstraZeneca?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kita mulai dari siapa sih AstraZeneca, kok bisa perusahaan ini bikin vaksin? Jadi AstraZeneca itu adalah sebuah perusahaan farmasi alias perusahaan yang memproduksi obat-obatan. AstraZeneca ini awalnya sangat dikenal sebagai produsen obat kanker. Salah satunya adalah Tagrisso, yang digunakan untuk mengobati kanker paru-paru.
AstraZeneca sendiri merupakan perusahaan farmasi multinasional Inggris-Swedia. Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Cambridge, Inggris, tapi pabriknya tersebar di beberapa tempat yang ada di Eropa.
Nah di tengah serangan virus Corona yang menjadi pandemi di seluruh dunia, AstraZeneca melebarkan sayapnya untuk ikut memproduksi vaksin. Pengembangan vaksin mereka dianggap menjadi yang paling cepat, bahkan cuma terhitung selama 9 bulan vaksin AstraZeneca sudah siap digunakan.
Vaksin buatan AstraZeneca ini juga disebut memiliki beberapa kelebihan dibandingkan vaksin yang lain, yaitu harganya yang murah plus dapat disimpan pada suhu yang tidak terlalu dingin. Jadi, negara-negara berkembang yang kurang makmur, tak perlu repot-repot melakukan pengadaan alat pendingin yang canggih untuk menyimpan vaksin AstraZeneca ini.
Selanjutnya, vaksin ini mulai menerima izin penggunaan darurat di Inggris Raya pada akhir Desember 2020 yang lalu, kemudian izin penggunaan itu berlanjut ke kawasan Uni Eropa satu bulan kemudian. Sementara di AS, uji klinis mereka menghadapi suatu polemik.
Masalah Data Efikasi
Kita berlanjut ke Amerika Serikat. Saat ini vaksin AstraZeneca sedang diuji klinis untuk bisa digunakan di negeri Paman Sam. Namun, polemik justru muncul di tengah uji klinis yang sedang dilakukan.
Pemerintah di AS menilai AstraZeneca memberikan data palsu soal efikasi alias efektivitas vaksin untuk menghadapi virus Corona. Bayangkan saja, hanya dalam waktu kurang dari sepekan AstraZeneca tiba-tiba merevisi tingkat efikasi vaksinnya, pemerintah AS pun jadi curiga.
Pada hari Kamis kemarin AstraZeneca melaporkan bahwa uji klinis menunjukkan vaksin yang mereka produksi 76% efektif dalam mencegah gejala COVID-19. Jumlah itu tiba-tiba turun dari klaim mereka di awal pekan ini yang mengatakan vaksinnya 79% efektif mencegah virus COVID-19.
Karena klaim yang berubah seketika itu, AstraZeneca dituding menghilangkan informasi penting dari pernyataan publik, pemerintah di AS menduga ada yang ditutupi oleh AstraZeneca soal uji klinis efikasi vaksinnya.
Pemerintah AS jadi mempertanyakan keakuratan data vaksin AstraZeneca. Bahkan, AstraZeneca dituduh secara keliru memberi dosis pada beberapa sukarelawan saat uji klinis.
Teguran dari pemerintah AS ini dinilai menjadi pukulan telak bagi kepercayaan masyarakat terhadap vaksin yang diproduksi oleh AstraZeneca.
"Itu kesalahan mereka sendiri dan dapat mengikis kepercayaan pada vaksin yang sangat baik," ujar Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS Dr Anthony Fauci.