Produsen baja yang berbasis di Inggris, yakni Liberty Steel digugat di pengadilan oleh rivalnya, yakni TATA. Gugatan itu didasari oleh klaim utang yang belum dibayarkan Liberty terhadap TATA.
Utang itu berasal dari pengambilalihan alias akuisisi bisnis baja khusus milik TATA oleh Liberty Steel pada tahun 2017. Bisnis baja khusus andalan TATA itu diakuisisi dengan kontrak yang disetujui senilai Β£ 100 juta atau setara Rp 2,02 triliun (kurs Rp 20.247).
Akuisisi pada tahun 2017 itu membuat Sanjeev Gupta, Executive Chairman Liberty Steel menjadi raja bisnis baja terbesar di Inggris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, baru-baru ini Liberty Steel terguncang setelah Greensill Capital bangkrut. Greensill sendiri adalah perusahaan pembiayaan yang selama ini mendanai Liberty Steel.
Baca juga: Misteri Umur Bumi yang Sebenarnya |
Saat ini, TATA telah meluncurkan proses hukum terhadap Liberty Specialty Steels, Liberty House Group PTE, dan Specialty Steel UK.
Juru bicara TATA mengatakan, proses hukum masih terus berlanjut. "Ini adalah kasus pengadilan yang masih berjalan. Sehingga kami tak bisa memberikan komentar lebih lanjut mengenai hasilnya," kata juru bicara tersebut dilansir dari BBC, Kamis (22/4/2021).
Sebelum menghadapi gugatan, Gupta juga sedang mempertimbangkan keputusan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 5.000 pekerja dari seluruh perusahaannya, tak hanya dari Liberty Steel.
Liberty Steel adalah produsen baja terbesar ketiga di Inggris, yang mempekerjakan 3.000 orang di 11 titik, dan mempekerjakan 2.000 orang lainnya dalam bisnis teknik dalam grup.
Pekerjaan dan output telah turun secara signifikan untuk industri baja selama empat dekade terakhir. Pada masa kejayaannya sebagai perusahaan baja Inggris milik negara di awal tahun 1970-an, jumlah pekerja itu 10 kali lebih banyak. Meski mengalami banyak keterpurukan, sektor tersebut masih dianggap penting oleh para menteri, politisi daerah, dan pemimpin bisnis.