Gawat! Industri Alami Kelangkaan Chip Komputer

Gawat! Industri Alami Kelangkaan Chip Komputer

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 26 Apr 2021 13:19 WIB
SAN FRANCISCO - JULY 15:  The Intel logo is seen on a desktop computer at a Best Buy store July 15, 2008 in San Francisco, California. Intel has reported a 25 percent increase in its second quarter earnings with net income of $1.6 billion or 28 cents per share compared to $1.28 billion, or 22 cents per share one year ago. (Photo by Justin Sullivan/Getty Images)
Foto: GettyImages
Jakarta -

Bos raksasa jaringan Cisco, Chuck Robbins memprediksi kekurangan chip komputer akan berlangsung hampir sepanjang tahun ini. Kelangkaan chip ini mengakibatkan banyak perusahaan teknologi menunda produksinya.

"Kami pikir kami punya enam bulan lagi untuk melewati jangka pendek. Kini penyedia chip membangun lebih banyak kapasitas dan diprediksi 12 sampai 18 bulan ke depan ketersediaan chip akan lebih baik," katanya, dikutip dari BBC, Senin (26/4/2021).

Menurut Robbins kelangkaan chip merupakan masalah besar, sebab semikonduktor digunakan untuk banyak teknologi. Presiden AS Joe Biden juga melihat kelangkaan chip sebagai masalah jangka panjang. Biden pun mengadakan pertemuan penting dengan para pemimpin bisnis. Dalam pertemuan itu Biden mendesak agar AS menjadi negara yang memimpin produksi chip komputer. Hal itu dilakukan agar bisa bersaing dengan China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asosiasi Industri Semikonduktor yang berbasis di AS mengatakan 75% dari kapasitas produksi global ada di Asia Timur. TSMC Taiwan dan Samsung Korea Selatan adalah pembuat chip paling dominan.

TSMC disebut-sebut berniat mempertahankan posisinya sebagai produsen kontrak terbesar di dunia dan menghabiskan US$ 100 miliar untuk memperluas kapasitas selama tiga tahun ke depan. Minggu ini pendirinya, Morris Chang, meminta pemerintah Taiwan untuk tetap memegangnya erat-erat, dengan alasan lebih baik diposisikan untuk membuat chip.

ADVERTISEMENT

Belakangan ini, kelangkaan chip diperburuk oleh pandemi virus Corona. Pada awalnya, banyak perusahaan menghentikan pesanan chip, mengira permintaan akan turun hingga akhirnya pemasok mengurangi kapasitas. Namun, permintaan elektronik konsumen meningkat selama pandemi. Masalah tersebut diperburuk oleh serangkaian faktor lain, termasuk kebakaran di pabrik semikonduktor dan masalah cuaca.




(zlf/zlf)

Hide Ads