Beberapa bulan lalu, pemerintah mengeluarkan kebijakan diskon pajak atau insentif penurunan tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor. Harapannya, dengan insentif tersebut maka permintaan masyarakat terhadap mobil akan naik, dan berimplikasi pada kenaikan produksi industri otomotif.
Seberapa besar pengaruh diskon pajak ini terhadap industri otomotif?
Berdasarkan laporan PT Astra International Tbk (ASII) penjualan otomotif roda empat atau mobil grupnya kini mulai mengalami pemulihan usai digempur pandemi COVID-19. Dari hampir tidak ada penjualan, kini telah laku sekitar 265.000 unit di sepanjang tahun 2021 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara keseluruhan selama 4 bulan tahun 2021 itu (Januari-April) sudah sekitar 265 ribuan unit," ujar Head of Investor Relations Astra International, Tira Ardianti dalam acara Workshop Wartawan Pasar Modal Group Astra secara virtual, Selasa (25/5/2021).
Tira merinci untuk bulan April 2021 saja, penjualan mobil atau roda empat Grup Astra secara wholesale angkanya meningkat sekitar 79.000 unit, kemudian untuk retail sales nya lebih tinggi sedikit.
Adapun salah satu pemicunya karena pemberlakuan diskon PPnBM.
"Kita mulai melihat adanya perbaikan dari sisi penjualan mobil sejak kuartal III tahun lalu, kuartal IV dan kemudian masuk kuartal I tahun ini terutamanya juga kalau kita lihat spesifik di bulan Maret dan April itu ada dampak dari diberikannya insentif diskon pajak oleh pemerintah. Jadi ketika bulan Februari, pertengahan Februari mengumumkan untuk memberikan insentif PPnBM bagi kendaraan dalam upaya pemerintah untuk mendorong ekonomi untuk supaya daya beli juga meningkat, kami melihat bahwa penjualan di Maret itu naik cukup signifikan," ungkapnya.
Di bulan April, dampak insentif pajak tersebut juga masih terasa meski tak setinggi bulan sebelumnya.
"April masih cukup strong walaupun angkanya sedikit turun, secara whole sale karena hal ini bisa dimengerti sebabkan di bulan April itu kita mulai masuk bulan puasa," katanya.
Namun, Tira mengakui dari sisi produksi segmen otomatif belum pulih sepenuhnya. Tira menjelaskan bahwa produksi kendaraan bermotor saat ini tidak bisa berjalan seperti kondisi ketika tidak ada pandemi COVID-19, di mana ketika tidak ada pandemi produksi bisa dijalankan secara optimal dan maksimal, sedangkan selama pandemi ada saja kendalanya.
"Tapi sejak pandemi ada banyak kendala di mana keselamatan dan kesehatan karyawan tetap diutamakan sehingga dalam operasional bisnis tetap ada pembatasan untuk mencegah penyebaran COVID-19," ucapnya.
Kendala lainnya berasal dari kondisi global saat ini. Menurut Tira, terkadang masih ada kelangkaan microchip yang kemudian mempengaruhi bisnis otomatif. Lalu, ada juga kendala terkait kontainer yang mempengaruhi nyaris seluruh sektor ekonomi.
"Jadi permintaan elektronik mulai meningkat apalagi China ini juga mulai meningkat. Nah itu menyebabkan, microchip itu juga mengalamai shortage ya," katanya.
"Hal lain yang ingin saya highlight juga masalah kontainer shortage globally jadi ini nggak cuma dialami oleh otomotif tapi saya yakin bisnis yang lain pun yang masih ada trading ekspor impornya jadi terpengaruh karena adanya shortage kontainer," tambahnya.
(Soraya Novika/dna)