Angka Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada April lalu melampaui 50, yang mencerminkan membaiknya kepercayaan manajer pengadaan pada industri manufaktur untuk melakukan pembelian barang input.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) menilai hal ini dipicu oleh membaiknya daya beli dan harga pada tingkat konsumen.
Meskipun demikian, terdapat elemen PMI yang masih kurang dari 50, yaitu harga bahan baku yang masih mahal serta besarnya waktu dan biaya pengiriman barang. Dengan demikian, untuk mempercepat pemulihan sektor manufaktur, kebijakan yang dapat ditempuh adalah pemberian stimulus pada sektor transportasi dan logistik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya, dapat dipertimbangkan pemberian insentif untuk perusahaan jasa pengiriman barang yang memiliki komitmen mengirim barang dari wilayah perdesaan ke perkotaan atau dari luar Jawa ke Jawa, atau mengirim produk-produk UMKM dari sentra produksi ke sentra konsumen," tulis laporan Mohamad D. Revindo, Jumat (28/4/2021).
Diperlukan juga perhatian atas perusahaan (termasuk start-up) yang bergerak pada bidang pergudangan dan pengiriman yang berperan menjadi agregator pendistribusian produk UMKM di berbagai daerah.
Selain itu, apa yang telah dilakukan oleh PT KAI dan DAMRI, yang menawarkan fasilitas pengiriman produk UMKM dari daerah ke perkotaan, adalah inisiatif yang sangat baik dan perlu direplikasi di berbagai daerah dan diterapkan pada jasa angkutan laut. Jika sisi logistik ini dibenahi, maka perkiraan PMI-BI sebesar 55,25% pada kuartal kedua 2021 akan lebih mungkin tercapai.