Ekspor Produk Tekstil Terpukul saat Pandemi, Begini Jurus Bertahannya

Ekspor Produk Tekstil Terpukul saat Pandemi, Begini Jurus Bertahannya

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 16 Sep 2021 21:00 WIB
Industri tekstil diperkirakan akan pulih tahun ini. Hal itu disampaikan Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI).
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Penyebaran COVID-19 varian delta turut menahan pemulihan ekonomi di berbagai negara termasuk di Indonesia. Hal ini karena adanya pembatasan yang membuat mobilitas masyarakat tertahan dan ekonomi kembali tertekan.

Sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) menjadi salah satu sektor yang mengalami pukulan keras baik di pasar domestik maupun pasar global.

Padahal dari kajian IEB Institute disebutkan sektor TPT ini berperan penting terhadap perekonomian Indonesia melalui kontribusinya kepada produk domestik bruto, ekspor dan penyerapan tenaga kerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2020 kontribusi sektor TPT Indonesia terhadap total PDB nasional tahun 2020 sebesar 1,21%. Kemudian kontribuksi ekspor TPT terhadap total ekspor turun menjadi 6,12%.

Dari sisi total tenaga kerja sektor TPT ini berada pada kisaran 3 juta pekerja yang mencakup sekitar 2-3% dari total tenaga kerja Indonesia.

ADVERTISEMENT

Akibat pandemi, industri TPT ini tertekan dari sisi permintaan, suplai dan distribusi karena kelangkaan kontainer. Hal ini turut mengerek harga. Pada 2020 ekspor TPT hanya sebesar US$ 10,55 miliar minus 17,7% dibandingkan 2019. Terjadi di berbagai produk segmen benang minus 27,3% yoy, kain minus 15,7% dan pakaian jadi 15,1%.

"Penurunan yang paling terasa adalah pada pakaian jadi yang porsinya 66% dari total ekspor TPT Indonesia. Namun masih tertolong oleh permintaan APD untuk penanganan COVID-19," tulis kajian IEB Institute, dikutip Kamis (16/9/2021).

Kemudian dari data penjualan ekspor per tahun terlihat jika eksportir masih berada di survival mode. Termasuk untuk eksportir besar. Lalu untuk eksportir menengah juga mengalami penjualan yang signifikan dan membuat mereka turun kelas.

"Eksportir TPT kelas kecil paling merasakan dampak, sehingga harus rela keluar dari pasar ekspor," tulisnya.

Tapi untuk eksportir yang adaptif dan mampu merespon kebutuhan produk TPT di masa pandemi, penjualannya bisa ekspansif. Seperti CV Pria Tampan yang pada Agustus 2021 mencatatkan pengiriman kain batik ke luar negeri senilai US$ 467 ribu.

Angka ini naik dibandingkan periode sebelumnya dengan nilai ekspor US$ 463 ribu. Dalam 3 tahun terakhir, mayoritas negara tujuan dari CV Pria Tampan ini adalah Kanada dan Amerika Serikat (AS).

Ciri khas bulir putih yang timbul pada kain batik ini berasal dari proses pewarnaan kain. Hal ini sangat diminati oleh pembeli di luar negeri.

CEO CV Pria Tampan Andri Setyawan mengungkapkan untuk pemula atau yang sudah lama menjalankan bisnis memang dihadapkan pada situasi yang menegangkan yaitu pandemi COVID-19.

"Sangat penting untuk tetap optimis dan memiliki pola pikir positif, bahwa kita dapat melewati situasi ini," jelas dia.

Pengusaha harus jeli memanfaatkan segala peluang yang ada dan bisa memanfaatkan bantuan yang diperikan pemerintah.

"Seperti saya juga telah memanfaatkan program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) UKM dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Bantuan tersebut sangat membantu kita dalam menjalankan usaha, khususnya di tengah situasi seperti ini," jelas dia.


Hide Ads