Indonesia memasang target menjadi pemain dunia di industri baterai mobil listrik pada tahun 2025. Berbagai persiapan sudah dilakukan untuk mencapai ke sana sejak 2020.
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan menjelaskan pada akhir 2020, pemerintah telah melarang ekspor nikel ore. Itu dilakukan untuk menciptakan hilirisasi atas industri dari pemrosesan nikel, yaitu baterai mobil listrik. Sebab, Indonesia tidak ingin terus mengandalkan ekonomi berbasis komoditas.
"Dalam rencana pembangunan jangka menengah Indonesia kita punya tiga pilar yang salah satunya adalah melakukan transformasi ekonomi yang berubah dari ekonomi berbasis komoditi menjadi ekonomi berbasis nilai tambah, tidak terkecuali dengan nikel karenanya nikel juga ini akan kita lakukan upaya untuk menciptakan nilai tambah lebih banyak di dalam negeri atau Indonesia," katanya dalam webinar, Kamis (23/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, pemerintah lebih mendukung investor-investor yang tertarik untuk membangun industri bernilai tambah yang berbasis nikel menanamkan modalnya di Indonesia.
Akhirnya pada 15 September 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meletakkan batu pertama (groundbreaking) atas pembangunan konstruksi pabrik baterai listrik dari PT HKML Battery Indonesia yang merupakan konsorsium Hyundai, KIA, Mobis dan LG.
Kemudian berdasarkan peta jalan (roadmap) pemerintah, di tahun 2023 Indonesia akan mampu memenuhi sekitar 25% dari kebutuhan baterai kendaraan listrik di dalam negeri.
"Dan kemudian pada tahun 2025 kita berharap Indonesia menjadi bagian dari supply chain (rantai pasok) secara global yang memberikan kontribusi terhadap produk-produk dari baterai untuk kendaraan listrik," tambah Nurul.
Simak juga Video: RI Mulai Pembangunan Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Pertama di Asia Tenggara!