Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Silmy Karim buka-bukaan mengenai langkahnya meyakinkan kreditor terkait utang yang dimiliki perusahaan. Silmy mengungkap utang yang dimiliki perusahaan ada di 10 bank, ada bank pelat merah, swasta, dan asing.
Untuk meyakinkan kesepuluh bank itu, ia terjun langsung mendatangi direksi bank-bank tersebut. Terutama bank Himbara, di mana utang Krakatau Steel paling besar atau 65% dari bank pelat merah.
"Saya datangi dirut satu-satu yang besar dulu, itu Himbara. Karena waktu itu 65% pinjaman dari bank pelat merah. Yang paling gede lagi swasta dari siapa. Basically saya datangi semua. Saya bilang 'restrukturisasi' dengan harapan bisa cepat. Kemudian ke-10 bank ada bank pelat merah, swasta, ada asing, pendekatannya berbeda-beda. Sementara perjanjian titik koma harus untuk kesepuluh bank itu," terangnya dalam acara Blak-blakan detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Silmy melakukan pendekatan yang berbeda-beda dengan para kreditur. Silmy hingga Direktur Keuangan juga turun langsung melakukan negosiasi kepada para pemberi utang.
"Itu rapat setiap hari. dan itu sangat melelahkan. Mungkin yang terbesar dari tercepat satu tahun itu selesai. Bahwasanya membutuhkan sekian tahun kita nego bunga, jangka waktu dan lain sebagiannya, itu bagian proses negosiasi," ungkapnya.
Kemudian, Silmy bercerita saat didatangi direksi-direksi dari sejumlah bank. Diakui negosiasi sempat alot karena sejumlah bank disebut menawarkan pinjaman lagi.
"Saya nggak mau begitu kita udah nih, kita pembayar, kita nggak pernah sesen pun nunggak. Kita minta stain steel, baru pada cepat. Tadinya kita bicara negosiasi ini-ini, 'oh iya iya', tetapi nggak pernah close. Akhirnya kita minta stain steel. 'Sorry nih kita nggak mau bayar lagi, sebelum ini beres'. Nah itu mulai percepatan," ungkapnya.
Kemudian, selain tantangan pendekatan. Ada juga tantangan bagaimana menegosiasi kepada bank yang tidak berpengalaman dengan kredit korporasi. Jadi, alhasil negosiasi dan upaya kesepakatan agak mundur.
"Ya akhirnya cari solusi bagaimana supaya dua dua bisa jalan, kita nggak bisa menang-menangan. Bank juga meski juga agak mundur sedikit. Supaya dicapai suatu kesepakatan. Baru tandatangan 12 Januari 2020. Saya mulai restrukturisasi surat pertama saya kisaran November-Desember 2018.," tutup Silmy Karim.