Siapa yang Kuasai Pasar Pupuk Non Subsidi?

Siapa yang Kuasai Pasar Pupuk Non Subsidi?

Tim detikcom - detikFinance
Sabtu, 06 Nov 2021 07:15 WIB
Petani menanam bawang merah di Desa Cukanggenteng, Pasir Jambu, Bandung, Jawa Barat. Sebanyak 1,5 ton bibit bawang merah ditanam dilahan seluas 1,5 hektar.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) menyatakan potensi pangsa pasar pupuk jenis NPK di Indonesia masih sangat terbuka lebar. Pasalnya, pasokan pupuk NPK dalam negeri masih kurang.

Sekjen APPI Achmad Tossin Sutawikara menjelaskan, saat ini potensi kebutuhan nasional pupuk jenis NPK sebesar 13.549.645 ton. Dari total potensi tersebut, Pupuk Indonesia Grup memenuhi pasokan sebanyak 3.187.000 ton atau setara 23,5%.

"Rinciannya yang terdiri dari kebutuhan subsidi 2.700.000 ton atau setara 19,9% dan non subsidi 487.000 ton atau setara 3,6%," kata Tossin ditulis Sabtu (6/11/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan, angka kebutuhan nasional merupakan perhitungan dari luas lahan dikalikan dosis optimal. Lalu, terdapat praktik di lapangan, yaitu tidak melakukan pemupukan/pemupukan tidak sesuai dosis.

"Angka-angka tersebut, saya asumsikan jika pupuk Indonesia menggunakan angka produksi dan swasta menggunakan asumsi kapasitas produksi," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Selain Pupuk Indonesia Grup, produsen pupuk swasta, berkontribusi memproduksi NPK sebesar 3.594.000 ton atau 26,52% dan produk impor 387.879 ton atau setara 2,8%. Jika ditotal, suplai pupuk NPK di dalam negeri baru sebesar 7.168.879 ton dari total kebutuhan yang mencapai 13,5 juta ton lebih.

"Secara teoritis terdapat potensi kebutuhan yang belum tergarap sebesar 6.380.766 ton atau setara dengan 47,09% dari kebutuhan nasional," ungkapnya.

Namun begitu, lanjut dia, perlu dicatat bahwa angka kebutuhan nasional merupakan perhitungan dari luas lahan dikalikan dosis optimal.

Berdasarkan data yang diberikan, pangsa pasar Pupuk Indonesia hanya 10,89% dari total pasokan pupuk komersial NPK yang mencapai 7.168.879 ton. Produsen swasta menguasai sekitar 80,42% dan sisanya 8,67% berasal dari impor.

(ara/ara)

Hide Ads