Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memamerkan kinerja ekspor produk stainless steel dari Indonesia ke China. Tahun lalu saja, RI berhasil mengekspor komoditas besi baja tersebut ke China senilai US$ 7,5 miliar.
"Bisa dibayangkan ketika saya menjadi Kepala BKPM waktu itu tidak pernah terbayangkan bahwa Indonesia akan menjadi negara industri dengan mempunyai kapasitas baja stainless steel nomor dua di dunia," katanya dalam Digital Technopreneur Fest & Technopreneur Campus FORBIS, Jumat (19/11/2021).
"Dari (ekspor) US$ 7,5 miliar ini defisit perdagangan kita dengan China yang dari tahun 2009-2008 itu tidak pernah kurang dari US$ 12 miliar, dalam satu tahun-satu produk-satu investasi turun menjadi separuh. Jadi ini adalah prestasi luar biasa," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Biar Bebas Impor Baja, RI Bisa Apa? |
Dia menjelaskan capaian tersebut adalah komitmen pemerintah untuk memastikan tidak ada penjualan barang mentah dari Indonesia, terutama dari komoditas pertambangan. Pemerintah berkomitmen untuk melakukan hilirisasi barang mentah menjadi produk bernilai tambah.
"Dan ini adalah cerita yang sukses, kenapa? Investornya orang China, datang dari China, teknologinya China, dijual balik ke China untuk mengancam produksi China, dikasih anti dumping measure (tindakan anti dumping)," papar Lutfi.
Dengan adanya perlakuan tersebut Indonesia mampu menggeliatkan ekspor stainless steel ke China dengan pertumbuhan mencapai 92%.
"Tahun ini pertumbuhan daripada stainless steel kita yang dijual ke China tumbuh 92%. Artinya apa? Artinya struktur daripada keekonomian ekspor komoditas pertambangan kita sangat-sangat lucrative (menguntungkan) dan ini yang mesti kita pacu," tambahnya.