Tren Rokok Elektrik cs Makin Menjamur, Aturannya Gimana?

Tren Rokok Elektrik cs Makin Menjamur, Aturannya Gimana?

Tim detikcom - detikFinance
Jumat, 01 Apr 2022 06:20 WIB
Rokok elektrik sedang menjadi fenomena baru di tengah masyarakat. Namun menurut ahli kesehatan di Jepang rokok elektrik lebih berbahaya dibandingkan rokok biasa.
Ilustrasi/Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta -

Kehadiran produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik menjadi pilihan selain rokok pada umumnya. Pemerintah diharapkan menghadirkan regulasi yang berbasis profil risiko bagi produk hasil inovasi tersebut.

Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya menjelaskan profil risiko kesehatan antara produk tembakau alternatif dan rokok sangat berbeda.

"Produk tembakau alternatif dimanfaatkan untuk perokok dewasa aktif yang sulit berhenti merokok agar beralih. Hal ini yang dilakukan di Inggris dengan mengatur regulasi khusus untuk produk tembakau alternatif," kata Amaliya dikutip Jumat (1/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam beberapa tahun terakhir, kajian tentang rokok elektrik sudah banyak dilakukan di luar negeri, baik oleh lembaga pemerintah maupun berbagai universitas. Namun, demi memperkaya informasi bagi Pemerintah Indonesia guna menyusun regulasi khusus yang komprehensif dan berbeda dari regulasi rokok, Amaliya menekankan pentingnya dukungan kajian ilmiah di dalam negeri. Untuk merealisasikannya, perlu adanya kemauan dan dukungan dari pemerintah secara finansial maupun non-finansial.

"Ini tentunya bisa dilakukan baik melalui kerja sama perguruan tinggi dengan pemerintah serta swasta," katanya.

ADVERTISEMENT

Saat ini, pemerintah juga mempunyai program Kampus Merdeka, riset keilmuan Dikti, penelitian kolaborasi Indonesia dan universitas dari luar negeri.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Menurut Amaliya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta Kementerian Kesehatan merupakan lembaga-lembaga pemerintahan yang dapat menjadi koordinator untuk kolaborasi penelitian tentang produk tembakau alternatif.

"Pemerintah dapat mewadahi kolaborasi penelitian antar perguruan tinggi dengan melibatkan instansi terkait, khususnya melalui program Kampus Merdeka untuk menjadi referensi dan pertimbangan dalam menyusun regulasi pengaturan produk tersebut," ungkapnya.

Untuk sekarang ini, kajian dapat difokuskan pada aspek risiko dan manfaat yang meliputi penilaian risiko, dampak populasi, studi non-klinis dan klinis, hingga tinjauan sistematis. Hal ini penting dilakukan untuk memvalidasi perbedaan profil risiko dan kegunaan produk tembakau alternatif yang tepat sasaran.

"Terutama untuk tinjauan sistematis perlu dilakukan guna menganalisis efektivitas produk tembakau alternatif dalam program berhenti merokok," ujar Amaliya.

Terkait regulasi khusus, Amaliya menilai perlu adanya poin yang mengatur tentang pengendalian usia pengguna. Misalnya, produk tembakau alternatif hanya ditujukan bagi perokok dewasa. Anak-anak di bawah usia 18 tahun, non-perokok, maupun ibu hamil dan menyusui dilarang untuk mengakses dan menggunakan produk ini.

"Indonesia sudah waktunya membuat regulasi khusus yang mengatur produk tembakau alternatif berdasarkan profil risikonya," tegas Amaliya.


Hide Ads