Bagaimana Biar Lulusan Kampus Cocok dengan Kebutuhan Industri?

Bagaimana Biar Lulusan Kampus Cocok dengan Kebutuhan Industri?

tim detikcom - detikFinance
Kamis, 20 Okt 2022 10:30 WIB
Pabrik Sasa
Foto: Pabrik Sasa (Istimewa)
Jakarta -

Sebagai perusahaan yang turut serta meningkatkan kapasitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), PT Sasa Inti ikut mendukung kebijakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang mana pembelajaran tak hanya berada di dalam kelas namun bisa di luar kelas.

Dalam hal ini, PT Sasa Inti menerima kunjungan dosen dan mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) di Studio Kreasi Sasa, Jakarta.

Kedatangan 25 mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan IPB berserta dosen diterima langsung oleh jajaran dari PT Sasa Inti diantaranya; Chief HR Officer Food Cluster Ita Farina Wardojo, GM HR Strategy Dadang Irawan, Head of Stakeholder Relation Rida Atmiyanti, Head of R&D Tri Eko, Head of Marketing Albert Dinata dan Produk manager MSG Arnold.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya kehadiran secara fisik, terdapat juga mahasiswa yang hadir secara online serta para HR Manager Pabrik PT Sasa Inti.
Chief HR Officer Food Cluster PT Sasa Inti, Ita Farina Wardojo menyampaikan, pihaknya sangat mendukung program Kampus Merdeka lantaran mampu menjadi sarana bagi perusahaan untuk menemukan SDM yang kompeten.

"Itu juga menjadi strategi kami untuk mengedukasi, memberdayakan serta mendukung SDM yang unggul dan kompeten karena nantinya SDM yang berkompeten akan mendukung kinerja perusahaan," jelasnya di Jakarta, Selasa (18/10/2022).

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Head of Stakeholder Relation PT Sasa Inti, Rida Atmiyanti menjelaskan kunjungan dari IPB merupakan knowledge sharing tentang dunia pekerjaan di bidang teknologi pangan. Tak hanya mahasiswa, para dosen pun ikut ambil bagian dari kegiatan ini.

"Karena pada dasarnya program Merdeka Belajar juga mendekatkan antara akademisi dengan industri," kata Rida.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Menurut Rida, kunjungan dosen diperlukan oleh pihak kampus untuk memberikan pengalaman industri kepada para dosen lainnya sehingga apa yang diajarkan oleh para dosen dapat "nyambung" dengan yang dibutuhkan oleh industri.

"Begitu juga sebaliknya, dari pihak industri juga membutuhkan tenaga ahli untuk melakukan berbagai inovasi dan mengkonfirmasi bahwa apa yang dilakukan oleh industri sudah sejalan dengan para akademisi," ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dosen IPB DR Ing Dase juga menyampaikan paparannya tentang sensory test trend yang mana berdasarkan survei data Mintel menunjukan bahwa 83-90% produk baru yang diluncurkan di pasaran mengalami kegagalan.
Menurutnya ada banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan produk baru, namun ada pula faktor rasa atau sensori yang menjadi salah satu penentu keberhasilan produk pangan.
Sementara itu, Hanifah Nuryani Lioe menjabarkan soal peran Mononatrium Glutamat (MSG) dalam makanan dan takaran yang tepat dalam penggunaannya. Menurutnya, MSG memiliki acuan nilai Acceptable Dialy Intake (ADI) untuk asupan harian sebagai "not specified" atau "tidak dinyatakan", artinya MSG adalah bahan yang aman.

"Meskipun begitu, MSG itu mengandung natrium yang apabila dikonsumsi berlebihan bisa memicu darah tinggi atau hipertensi," jelasnya.

Hanifah menerangkan dalam sebuah studi di daerah Jakarta dan Bogor, asupan MSG rata-rata sekitar 2,0 - 2,1 gram per orang per hari. Sementara dalam Permenkes No 30 Tahun 2013 anjuran konsumsi garam per orang setiap hari adalah 5 gram.

"Hal ini masih dapat diterima untuk konsumsi jangka panjang yang aman dari terkena risiko hipertensi. Penggunaan MSG juga dibuktikan dewasa ini untuk mengurangi asupan garam NaCl atau garam dapur karena senyawa ini dapat meningkatkan intensitas rasa asin dari garam dapur. Pengurangan garam bisa sekitar 32% dari penggunaan garam yang normal," pungkasnya.

Terakhir, para mahasiswa dan dosen mendapatkan kegiatan cooking class serta menikmati hidangan yang disajikan dengan memanfaatkan produk dari Sasa.


Hide Ads