Sebagian besar ibu rumah tangga berperan mengatur keuangan keluarga agar pengeluaran tidak berlebihan. Namun, dalam kenyataannya mengelola keuangan tidaklah mudah.
Lead Financial dan CEO QM Financial Ligwina Hananto menuturkan uang diibaratkan seperti air yang mengalir begitu saja. Untuk itu ibu rumah tangga harus pilah-pilih pengeluaran dengan rapi agar tidak mengucur dengan deras.
Wina, sapaan akrabnya, mengungkapkan cara yang paling mudah agar pengeluaran tersebut bisa diatur salah satunya dengan rumus 1,2,3,4. Pertama yaitu minimum ada 10% untuk disimpan dan investasi.
Kedua yaitu maksimal atau paling banyak 20% untuk bersenang-senang. Ketiga yaitu maksimalkan atau membatasi cicilan utang tidak lebih dari 30% penghasilan. Terakhir adalah pengeluaran sehari-hari untuk keperluan makan keluarga dan keperluan lainnya dipatok 40-60%.
"Jadi kalau kita liat nih ya, 10-nya tadi kita untuk nabung. 20%-nya untuk bersenang-senang, yang 30% itu maksimal paling banyak untuk cicilan hutang, baru 40% dan selebih-lebihnya itu untuk keperluan sehari-hari, biaya sekolah anak, makan. Dan ternyata orang itu memang pengeluaran terbesarnya di makan," imbuh Wina dalam webinar Sasa bersama detikcom 'Bisnis Eksis, Double Untung. Mandiri Finansial Untuk Keluarga', Kamis (28/7/2022).
Untuk mencegah adanya pengeluaran yang berlebih, para ibu rumah tangga bisa mendata pengeluaran uang. Menurutnya, banyak orang yang gagal menabung karena menyadari pengeluaran setiap bulannya. Karena pos pengeluaran terbesar berasal dari makanan, maka sebaiknya para ibu bisa mengatur menu makanan sehari-hari.
"Kalau kita pandai mengatur menu makanan, masak sendiri di rumah. Ongkos kita yang di pos keempat (keperluan sehari-hari) itu bisa kita atur dengan lebih baik," ungkap Wina.
Para ibu rumah tangga juga bisa mencari penghasilan tambahan agar menjadi financial freedom atau merdeka secara finansial. Financial freedom adalah ketika seorang ibu rumah tangga tidak lagi mengandalkan kerjaannya sehari-hari sebagai ladang penghasilan.
Menurutnya, ibu rumah tangga bisa memiliki beberapa aset agar dapat meraih financial freedom tersebut, seperti bisnis, properti, surat berharga, atau hak kekayaan intelektual. Wina mencontohkan usaha dagang yang bisa dimulai dari mengambil barang di toko sembako dan dijual kembali.
"Tapi kalau mau financial freedom, si dagangannya itu harus dibuat sebuah sistem. Dan bisa ada orang lain yang ngerjain, jadi kita nggak harus terus-terusan tongkrongin tokonya," kata Wina.
Klik Selengkapnya