Alasan pemerintah menaikkan cukai rokok untuk menurunkan prevalensi atau jumlah perokok aktif dinilai kurang tepat.
Ketua Formasi Heri Susianto menuturkan Padahal prevalansi merokok sangat dipengaruhi oleh preferensi dan perpindahan atas pilihan rokok ke golongan layer yang lebih murah, terlebih lagi rokok polos atau illegal atau tanpa cukai.
"Oleh karena itu ucapan Ibu Sri Mulyani terkait melindungi prevalansi merokok menurut saya tidaklah tepat," tegas Heri Susianto.
Baca juga: Cukai Rokok Naik Tahun Depan, Apa Dampaknya? |
Terpisah, Kepala Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjadjaran, Neily Zakiyah, menjelaskan berdasarkan systematic review tentang Effectiveness and Safey of Alternatif Tobacco and Nicotine Product for Smoking Reduction and Cessation yang dilakukan oleh pihaknya menyimpulkan bahwa produk tembakau alternatif dapat membantu perokok dewasa untuk beralih dari kebiasaanya.
"Yang perlu dipahami adalah produk tembakau alternatif menerapkan pendekatan pengurangan bahaya tembakau," kata Nelly, dalam keterangannya, Sabtu (26/11/2022) kemarin.
Dalam systematic review tersebut, dari 44 penelitian, yang terdiri atas 31 uji coba terkontrol secara acak dan 13 penelitian kohort, telah memenuhi kriteria inklusi untuk dimasukkan dalam tinjauan.
Ada 29 penelitian mengevaluasi rokok elektrik, satu penelitian mengulas produk tembakau yang dipanaskan, dan lima studi difokuskan pada kantong nikotin. Lalu, sembilan studi mengevaluasi Nicotine Replacement Therapy dalam bentuk nikotin, permen karet, dan sebagainya.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(dna/dna)