Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia buka suara soal bentrok berdarah yang menewaskan 2 orang di PT Gunbuster Nickel Industry atau PT GNI, Morowali Utara.
Saat kejadian, Bahlil menyebut ia sedang dalam perjalanan ke Davos, Swiss untuk menghadiri acara World Economic Forum (WEF). Bahlil menyayangkan kejadian tersebut sebab bisa melahirkan persepsi kurang elok.
"Ya ini patut kita sayangkan, ini akan melahirkan persepsi kurang elok. Saya belum bisa jelaskan detail apa masalahnya, mari sama-sama kita cari solusi," katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (17/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut tim Kementerian Investasi/BKPM sedang melakukan pengecekkan. Bahlil meminta untuk tidak menyalahkan pihak tertentu dalam kejadian ini, serta segera melakukan evaluasi bersama.
Bahlil juga meminta bentrok di PT GNI tidak terlalu digembar-gemborkan. Ia menyebut negara lain yang tidak terlalu menggembar-gemborkan masalah karena bisa merugikan.
"Jangan digembar-gemborkan ini sebuah masalah besar. Di negara lain kalau ada masalah beritanya nggak terlalu digembar-gemborkan supaya nggak merugikan. Negara kita kentut aja langsung dibuat masalahnya gede," tuturnya.
Sebagai informasi, PT GNI yang berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah mulai beroperasi pada Desember 2021 dengan kapasitas 1,8 juta ton Nickel Pig Iron (NPI) per tahun dan sekitar 10.000 tenaga kerja.
Awal mula bentrokan maut antara pekerja WNA dan WNI adalah aksi demonstrasi terkait beberapa tuntutan ke perusahaan.
"Jadi diawali demonstrasi sebenarnya oleh beberapa oknum yang akhirnya berdampak pada kejadian anarkis hari Sabtu, dari pagi hingga pada malam harinya," kata HRD Assistant Manager PT GNI Yanita Rajagukguk dilansir detikSulsel, Senin (16/1/2023).
Yanita mengungkapkan, demonstrasi itu memicu para pekerja lain terprovokasi. Akibatnya terjadi penganiayaan yang memicu amarah antara para pekerja.