Lebih lanjut, Honesti menjelaskan pihaknya sudah menyiapkan proyek agar Inuki kembali hidup. Bio Farma juga bakal melakukan investasi untuk proyek tersebut.
Proyek tersebut adalah memproduksi partikel radiofarmaka yang bisa digunakan sebagai pengobatan kanker melalui mesin siklotron. Sejauh ini fasilitas siklotron cuma ada di 3 rumah sakit besar yang ada di Indonesia.
Masalahnya, karena berhubungan dengan partikel nuklir fasilitas ini hanya bisa digunakan untuk kebutuhan sendiri, artinya apa yang dihasilkan siklotron tidak bisa diperbanyak dan diperjual belikan. Hal tersebut membuat pengobatan yang butuh fasilitas siklotron menjadi sangat mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah untuk karyawan yang memiliki kompetensi nuklir khususnya pada sektor radiofarmaka, produk farmasi nuklir kita bikin bisnis baru untuk operasikan siklotron," ungkap Honesti.
Berbeda dengan 3 rumah sakit yang menyediakan siklotron sebagai layanan khusus, Inuki akan masuk menggarap siklotron sebagai industri. Apalagi perusahaan ini sudah memiliki sertifikasi industri nuklir. Dengan begitu fasilitas siklotron bisa lebih banyak dirasakan masyarakat.
Bicara soal pasar pelayanan siklotron, Honesti bilang Inuki sebetulnya sudah memiliki pasar tersendiri. Pasar utamanya adalah di rumah sakit yang juga dimiliki oleh BUMN, setidaknya ada sekitar 72 rumah sakit 'pelat merah' yang pasti siap menerima layanan siklotron dari Inuki.
"Ini pasarnya sudah ada, di rumah sakit BUMN saja sudah 72 rumah sakit, nanti Inuki akan supply produk nuklir di rumah sakit BUMN dulu," papar Honesti.
Studi kelayakan bisnis baru Inuki ini sudah dilakukan. Bila semua berjalan sesuai rencana, Honesti bilang di tahun ini juga bisnis siklotron yang bakal digeluti Inuki sudah bisa dilakukan. Pihaknya sendiri menyiapkan investasi sekitar Rp 200 miliar.
"Dengan investasi Rp 200 miliar itu dalam 5 tahun kita bisa balik modal, kita akan besarkan Inuki sambil mencari peluang pengobatan nuklir lainnya juga," pungkas Honesti.
(hal/dna)