Produksi CPO Anjlok, Ternyata Ini Biang Keroknya

Produksi CPO Anjlok, Ternyata Ini Biang Keroknya

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 25 Jan 2023 20:14 WIB
Pekerja melakukan bongkar muat kelapa sawit yang akan diolah menjadi minyak kelapa sawit Crude palem Oil (CPO) dan kernel di pabrik kelapa sawit Kertajaya, Malingping, Banten, Selasa (19/6). Dalam sehari pabrik tersebut mampu menghasilkan sekitar 160 ton minyak mentah kelapa sawit. File/detikFoto.
Ilustrasi/Foto: Jhoni Hutapea
Jakarta -

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat pencapaian produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) 46,729 juta ton di 2022. Angka itu turun dibandingkan 2021 sebesar 46, 888 juta ton.

"Itu merupakan tahun ke-4 berturut-turut di mana produksi cenderung terus turn/stagnan sejak kelapa sawit diusahakan secara komersial di Indonesia," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, dalam acara konferensi pers Industri Sawit 2022, di Grand Sahid Jaya Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Penurunan produksi di tahun 2022 itu terjadi karena berbagai hal, antara lain cuaca yang ekstrim basah, lonjakan kasus Covid- 19 di bulan Februari, perang Ukraina-Rusia, harga minyak nabati dan minyak bumi yang sangat tinggi, serta kebijakan pelarangan ekspor produk minyak sawit oleh pemerintah 28 April - 23 Mei.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lalu harga pupuk yang tinggi dan sangat rendahnya pencapaian program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Kejadian tidak biasa tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja industri sawit Indonesia baik dalam produksi, konsumsi, maupun ekspor," ujarnya.

Joko menjelaskan secara teknis, pelarangan ekspor menyebabkan buah tidak dipanen tidak hanya pada periode pelarangan tetapi juga beberapa bulan sesudahnya ketika stok masih sangat tinggi. Kemudian, cuaca ekstrim disebut mengganggu aktivitas serangga penyerbuk dan kegiatan panen, pupuk yang mahal dan sulit diperoleh mengganggu kegiatan pemeliharaan tanaman,

ADVERTISEMENT

"Harga yang sangat tinggi juga menyebabkan penundaan replanting oleh banyak pekebun sehingga porsi tanaman tua yang produktivitasnya lebih rendah menjadi lebih banyak," lanjutnya.

Ekspor sawit di 2022 sebesar 30,803 juta ton lebih rendah dari tahun 2021 sebesar 33,674 juta ton. Joko juga mengungkap penurunan itu terjadi selama 4 tahun berturut-turut.

"Nilai ekspor tahun 2022 mencapai USS 39,28 miliar (CPO, olahan dan turunannya), lebih tinggi dari tahun 2021 sebesar USS 35,5 miliar. Ini terjadi karena memang harga produk sawit tahun 2022 relatif lebih tinggi dari harga tahun 2021," ungkapnya.

Ada sepuluh negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia berturut-turut adalah China, India, Amerika Serikat (AS), Pakistan, Malaysia, Belanda, Bangladesh, Mesir, Rusia dan Italia. Peringkat AS naik dari peringkat 5 pada tahun 2020 menjadi peringkat 3 sebagai negara pengimpor utama produk sawit Indonesia pada tahun 2022.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Sementara, konsumsi dalam negeri tahun 2022 secara total mencapai 20,968 juta ton, lebih tinggi dari tahun 2021 sebesar 18,422 juta ton. Konsumsi didominasi untuk industri pangan sebesar 9,941 juta ton yang lebih tinggi dari tahun 2021 sebesar 8,954 juta ton dan lebih tinggi dari 2019 sebelum pandemi sebesar 9,860 juta ton.

"Konsumsi untuk industri oleokimia mencapai 2,185 juta ton yang hanya 2,8% sedikit lebih tinggi tahun 2021 sebesar 2,126 juta ton dan jauh lebih rendah dari kenaikan konsumsi 2019-2020 sebesar 25,4% dan 2018-2019 sebesar 60% yang diduga berhubungan dengan situasi pandemi Covid-19," jelas Joko.

Konsumsi untuk biodiesel 2022 mencapai 8,842 juta ton yang lebih tinggi dari konsumsi 2021 sebesar 7,342 juta ton.

"Kondisi yang mempengaruhi industri sawit sepanjang tahun 2022 diperkirakan masih akan mempengaruhi kinerja sawit tahun 2023. Produksi diperkirakan masih belum akan meningkat, sementara konsumsi dalam negeri diperkirakan akan meningkat akibat penerapan kewajiban B35 mulai 1 Februari 2023," tutupnya.


Hide Ads