Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perladangan dan Komoditas Malaysia Dato' Sri Fadillah Yusof. Pertemuan dilakukan di tengah Uni Eropa (UE) mengeluarkan aturan pembatasan penjualan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) karena terkait deforestasi.
UE resmi mengesahkan Undang-Undang yang membatasi masuknya produk yang berkaitan dengan deforestasi pada 2022. Ada 6 komoditas berbasis lahan yang dipersulit masuk UE yaitu kopi, daging sapi, kedelai, cokelat, karet, dan minyak kelapa sawit.
Keputusan itu tidak diterima oleh negara produsen terbesar kelapa sawit seperti Indonesia dan Malaysia. Lantas, apakah pertemuan yang dilakukan Indonesia dan Malaysia membahas rencana penghentian ekspor CPO ke UE?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Airlangga mengatakan penghentian ekspor CPO ke UE bukan hal yang dibahas dalam pertemuan dengan Dato' Sri Fadillah Yusof.
"Stop ekspor bukan merupakan hal yang dibahas dan kita sebagai negara yang juga melakukan impor ekspor tentu itu bukan pilihan," kata Airlangga dalam konferensi pers di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (9/2/2023).
Alih-alih hentikan ekspor, Indonesia dan Malaysia justru akan melobi UE terkait komoditas minyak kelapa sawit. Hal itu akan dilakukan melalui misi bersama ke UE untuk mengkomunikasikan dan mencegah konsekuensi yang tidak diinginkan dari sektor kelapa sawit.
"Tidak ada boikot-boikotan, jadi kita tidak perlu merespons apa yang tidak ada. Jadi tentu biasa saja dalam melakukan sosialisasi, komunikasi dan dialog," tuturnya.
Sayangnya belum diketahui pasti kapan misi bersama tersebut akan dilakukan atau diberangkatkan ke UE.
"Misi akan dilakukan, nanti akan diatur jadwalnya karena ini baru persetujuan pihak-pihak yang terkait. Nanti dari kantor CPOPC yang akan mengatur (jadwalnya)," ucapnya.
(aid/dna)