Mahasiswa Australia Berbondong-bondong Belajar Industri Hijau di RI, Kok Bisa?

Mahasiswa Australia Berbondong-bondong Belajar Industri Hijau di RI, Kok Bisa?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 12 Feb 2023 17:15 WIB
Industri Hijau
Foto: (istimewa)
Jakarta -

Upaya Indonesia mengembangkan industri hijau dilirik negara lain. Hal itu dibuktikan oleh aktivitas sejumlah mahasiswa Australia yang datang ke Indonesia untuk belajar industri ramah lingkungan tersebut.

Tercatat, sebanyak 40 mahasiswa dari University of Queensland dan 4 perwakilan mahasiswa dari Universitas Indonesia melakukan kegiatan factory visit ke pabrik Baja Lapis Aluminium Seng (BJLAS) PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) di Kawasan Industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (9/2) lalu.

Kedatangan mahasiswa yang disponsori oleh Pemerintah Australia melalui program New Colombo Plan (NCP) ini untuk melihat secara langsung bagaimana implementasi industri hijau, khususnya di sektor produksi baja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedatangan kami kali ini terkait environmental, khususnya terkait dengan transformasi manufacturing ke green manufacturing, terutama di industri baja. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program New Colombo Plan," kata Ketua Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Bambang Heru Susanto dalam keterangannya, Minggu (12/2/2023).

PT Tata Metal Lestari terpilih dalam program NCP karena telah mendapatkan sertifikat industri hijau dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Oleh karena itu, diharapkan dengan kunjungan ini para mahasiswa dari University of Queensland dan mahasiswa dari UI bisa mendapat pengetahuan tentang proses apa saja yang dilakukan PT Tata Metal Lestari. Sehingga, mereka mendapat pelajaran langsung apa yang bisa dilakukan industri baja untuk mengurangi emisi karbonnya.

ADVERTISEMENT

"Harapannya mahasiswa-mahasiswa dari University of Queensland ini mengetahui bahwa di Indonesia ada industri-industri strategis sebetulnya yang bisa juga mereka pelajari dan mereka jadikan sebuah tempat yang nantinya misalkan ingin magang atau internship, karena Indonesia terbuka untuk magang internship dari mahasiswa asing yang ada MoU nya dengan kita," terang Bambang.

Di kesempatan yang sama, Adrian Oehmen, Associate Professor di School of Chemical Engineering, sebagai pendamping para mahasiswa dari University of Queensland menambahkan bahwa pihaknya sangat menghargai kunjungan ini dan keramahan yang telah diberikan selama mahasiswanya berada di Indonesia.

"Saya rasa sebagian besar mahasiswa yang hadir jadi lebih mengerti bagaimana baja lapis dibuat. Dalam proses ini mereka juga mempelajari rangkaian proses panjang termasuk bagaimana menangani produk akhir dan residu atau limbah dari kegiatan mereka," terang Adrian.

Ia menambahkan seluruh mahasiswa yang hadir kali ini merupakan mahasiswa yang mengambil bidang studi teknik kimia. Dengan demikian, diharapkan mereka dapat melakukan perhitungan yang sesuai antara apa yang mereka peroleh di dalam kelas dan di lapangan.

"Di University of Queensland, mereka belajar tentang teknik kimia. Jadi ini mengimpor proses perhitungan sehingga mereka belajar banyak tentang beberapa hal yang kami ajarkan di kelas dan saat ini mereka melihatnya dalam kehidupan nyata dan banyak aspek lain yang rumit di industri baja," terangnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Vice President Operations PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi menjelaskan, baja, semen dan petrokimia merupakan 3 industri penghasil emisi teratas dan termasuk yang paling sulit untuk didekarbonisasi. Namun baja sendiri menurut World Steel Association, adalah sumber daya permanen yang 100% dapat didaur ulang tanpa batas dan tanpa kehilangan properti.

Ia menambahkan, sektor keuangan memiliki peran penting dalam mendorong langkah-langkah dekarbonisasi yang sistemik. Banyak lembaga pembiayaan yang telah mendalami langkah-langkah yang telah diambil untuk mendorong perusahaan tujuan investasi menerapkan prinsip/standar pelaporan berkelanjutan dan memasukkannya ke dalam rencana aksi sebagai salah satu variabel penting untuk keputusan investasi dan pada akhirnya menarik investasi hijau masuk ke Indonesia.

"Peradaban modern tidak dapat bertahan tanpa industri inti, yang juga sulit untuk dikurangi. Baja, semen, petrokimia dan pupuk merupakan beberapa industri inti yang telah mendukung pertumbuhan dunia. Dekarbonisasi memerlukan inovasi konstan pada bahan bakar, bahan baku, dan proses produksi," terang Stephanus.

Ia menerangkan, Tata Metal Lestari merupakan industri dalam negeri di bidang pelapisan baja yang berinvestasi sejak 2018 di Kawasan Industri Cikarang, sebagai ekspansi dari industri genteng metal dan baja ringan yang berdiri di tahun 1994 di Indonesia.

"Dengan modal semangat nasional untuk bumi yang lebih hijau bagi anak cucu, Tata Metal Lestari berkomitmen untuk menjadi pelopor (an agent of change) dalam berbagi kesadaran dan pemahaman industri hijau pada komunitas nilai rantai industri baja nasional dan global dimulai dari baja pelat Indonesia," ujarnya.


Hide Ads