Dicecar Andre Rosiade Sampai Gebrak Meja, Ini Respons Eks Bos KCI soal Impor KRL

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 27 Mar 2023 15:45 WIB
Foto: Dok. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Jakarta -

Rencana impor kereta rel listrik (KRL) alias commuter line bekas Jepang oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) masih menuai kritik salah satunya berasal dari parlemen.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI bersama PT KAI, Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade menuntut klarifikasi dari jajaran direksi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dan PT INKA (Persero) menyangkut persoalan tersebut. Andre bahkan sempat bicara dengan nada tinggi dan menggebrak meja.

Pertama, perihal pabrik milik INKA yang telah kosong sejak 2020 karena tak kunjung mendapat pesanan dari KCI. Pabrik itupun baru bisa menyediakan kereta pesanan KCI pada 2025 karena operator kereta tersebut baru melakukan pemesanan pada 9 Maret 2023 kemarin. Pasalnya, INKA membutuhkan waktu produksi selama 18 bulan.

"Ternyata gedung kosong yang bapak bilang itu setelah dapat kontrak 9 Maret lalu, pada awal 2025 baru bisa mendeliver kereta. Berarti kan gedung kosong itu di Desember 2020 juga bisa kalau dapat kontar dari Pak Roppiq, Pak Roppiq ini dulu Dirut KCI. Itu 18 bulan (produksinya). Tolong jelaskan. Saya ingin keterangan jujur," katanya, di Senayan, Jakarta, Senin (27/3/2023).

Pertanyaan serupa pun muncul dari Pemimpin Rapat sekaligus Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Mohamad Hekal. Ia mengaku heran, pabrik tersebut baru bisa menyediakan kereta 10 tahun sejak pemerintah menggelontorkan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk pembangunan pabrik INKA yang berlokasi di Banyuwangi itu.

"Terus bapak-bapak ini kerjanya apa kalau begitu? Masa 10 tahun kita kasih duit, ini sama nih seperti Antam. Kita kasi uang tapi pabriknya nggak jadi-jadi," kata Hekal.

"Tuduhan Pak Andre ini cukup serius. Bahkan ada omongan yang dimaksud Dirut KCI (Roppiq) yang bilang dukung dulu impor kita. Jadi bapak memberi tahu orang-orang INKA, bapak sekarang direksi loh di INKA, 'tolong dukung KCI impor dulu baru kita mau buka order di INKA. Benar tidak itu?," tambahnya.

Menanggapi pertanyaan ini, mantan Direktur Utama KCI yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pengembangan INKA, Roppiq Lutzfi Azhar mengatakan, pada kala itu KCI mengalami masa-masa yang berat akibat pandemi COVID-19.

"Saya selaku Dirut KCI mencari alternatif solusi atas keterbatasan KCI mengadakan KRL. Mohon maaf, yang disampaikan Pak Andre tadi kurang tepat. Jadi kita mencari solusi, bukan mengancam atau seolah-olah kalau INKA tidak menyetujui, saya tidak memesan," ujarnya.

Roppiq mengatakan, dengan berbagai kondisi kala COVID-19 menerjang tersebut, secara korporasi pihaknya tidak mampu melakukan penyediaan KRL. Oleh karena itu, pihaknya hanya berfokus kepada langkah ke depannya demi menunjang operasi di 2025-2026.

"Komitmen itu ada yang tertuang dalam LoI di 2019 bahwa di sana ada satu pasal, minimum order 500 pak. Jadi 2019 sudah tetuang di LoI antara INKA, KAI, dan Stadler. Kami tidak diam pak, kami koordinasi membentuk spesifikasi teknis. Proses itu ada, sampai kejadian di Maret terus berlanjut, koordinasi terus menerus. Maret 2020 pandemi," terangnya.

Ia menjelaskan, pada kala itu penumpang KRL merosot drastis, dari yang biasanya mencapai 1 juta, jadi hanya 128 ribu per harinya. Di sisi lain, pihaknya ditugaskan pemerintah agar terus beroperasi agar mendukung pergerakan petugas, khususnya yang masuk kritikal dan esensial.

Karena segala keterbatasannya, Roppiq mengaku pihaknya bukannya membatalkan melainkan menunda pemesanan kereta tersebut hingga secara koorporasi perusahaan sudah mampu. Selaras dengan hal itu pula, pihaknya pun melakukan revisi Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) agar pihaknya tetap bisa menyediakan angkutan di Jabodetabek.

"Itu yang kami lakukan. Sehingga mencari solusi, mohon izin Pak Andre, bukan menstate bahwa mendukung (impor). Kami waktu itu berkoordinasi secara baik dengan INKA," kata Roppiq.

Roppiq juga mengaku, opsi retrofit alias memperbarui sistem pada barang lama telah dicoba, mengingat opsi tersebut lebih murah dari membeli kereta. Hanya saja, para perusahaan manufaktur juga mengalami tekanan besar pada kala pandemi tersebut.

"Kami mengundang INKA waktu itu datang ke depo-depo, mengambil seluruh yang INKA butuhkan. Satu terkait proporsi, SIP kami dibawa, motor taksi kami dibawa, dibongkar oleh INKA. Tapi sampai saat itu kami memahami, manufaktur COVID-19 nggak mudag, sehingga INKA sampai sekarang belum bisa merespon terkiat penawaran kami retrofit itu," imbuhnya.

Bahkan, upaya tersebut tidak hanya dilakukannya lewat INKA. Pihaknya juga pernah meminta retrofit kepada Garuda Maintenance Facility (GMF) dan Pindad. Peluang tersebut terus dibukanya, hanya memang hingga saat ini belum ada respon lebih lanjut disebabkan oleh tekanan sejak masa pandemi COVID-19 tersebut.



Simak Video "Video: Postingan Andre Rosiade Disorot Netizen, Sindir Mees Hilgers?"

(zlf/zlf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork