Keberadaan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, kantong nikotin, hingga rokok elektrik, di tanah air bisa dibilang cenderung baru bila dibandingkan dengan industri yang sudah ada sebelumnya seperti rokok konvensional.
Lalu bagaimana profil risikonya?
Pertanyaan ini menjadi penting untuk dijawab mengingat tingkat konsumsinya yang perlahan mulai meningkat. Bila cukup aman, bukan tidak mungkin produk ini nantinya bisa menggantikan keberadaan rokok konvesnional yang sudah ada saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka itu, produk yang merupakan hasil pengembangan teknologi dan inovasi ini dapat menjadi alternatif bagi perokok dewasa yang kesulitan untuk berhenti dari kebiasaannya.
Praktisi sekaligus Peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya, menjelaskan produk tembakau alternatif memiliki profil risiko kesehatan yang rendah karena menerapkan sistem pemanasan. Hasil dari pemakaian produk ini adalah berupa uap air atau aerosol, bukan asap seperti pada rokok yang dibakar. Sehingga, produk tembakau alternatif berbeda dengan rokok.
Baca juga: Hitung-hitungan Prospek Bisnis Vape cs |
Berkat penerapan sistem pemanasan, Amaliya meneruskan, terdapat penurunan risiko pada senyawa kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya.
"Dengan mengeliminasi proses pembakaran, kadar gas CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida), dan NOx (nitrogen moksida) pada produk tembakau alternatif mengalami penurunan siginifikan dibandingkan asap rokok konvensional," ujarnya, Selasa (28/3/2023).
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Selaras dengan itu, Amaliya menilai pentingnya melakukan studi lebih lanjut untuk fokus pada penyelidikan hasil jangka panjang, keamanan, dan efektivitas mengenai produk tembakau alternatif. Nantinya, hasil studi tersebut juga dapat dijadikan untuk menyeimbangan opini negatif hingga mendorong inovasi produk bagi pelaku industri.
"Hasil kajian ini penting untuk memvalidasi perbedaan profil risiko dan kegunaan produk tembakau alternatif yang tepat sasaran, khususnya bagi perokok dewasa," tegasnya.
Sementara itu, pada kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Centre for Youth and Population Research Dedek Prayudi, mengatakan, kajian ilmiah tentang produk tembakau alternatif di luar negeri sudah masif dilakukan sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, terutama bagi perokok dewasa.
Untuk itu, penting bagi Indonesia untuk dapat melakukan lebih banyak lagi kajian ilmiah mengenai produk tembakau alternatif secara komprehensif. Nantinya, hasil kajian ilmiah tersebut dapat disosialisasikan kepada seluruh masyarakat, khususnya perokok dewasa, utamanya untuk mengatasi misinformasi yang masih banyak terjadi.
"Minimnya informasi akurat tentang produk tembakau alternatif semestinya direspons dengan cara melakukan lebih banyak kajian ilmiah dengan melibatkan seluruh pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga asosiasi. Selanjutnya, kajian tersebut dapat diadopsi sebagai kebijakan-kebijakan publik untuk mengatasi masalah merokok atau bahaya rokok di Indonesia," kata Dedek.
Menurutnya, akses terhadap informasi yang akurat, termasuk atas hasil penelitian, harus terbuka luas, utamanya di tengah maraknya hoaks.
"Pemerintah, dalam hal ini terutama Kemenkes RI, menurut UU turut memiliki kewajiban untuk mencari dan menyajikan informasi tersebut," tutup Dedek.