Industri Pakaian Jadi Masih Lesu, Gimana Caranya Bisa Bangkit Lagi?

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Rabu, 05 Apr 2023 16:40 WIB
Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Jakarta -

Menurunnya permintaan pasar terhadap industri tekstil dan produk tekstil (TPT), terlebih untuk sektor garmen atau pakaian jadi memberikan berbagai dampak terhadap industri tersebut. Di antaranya adalah maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga tutupnya pabrik.

Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan dan Pengembangan SDM BPP Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Nurdin Setiawan mengatakan, terdapat dua cara untuk mengembalikan industri TPT supaya stabil. Pertama, dari sisi ekspor.

"Kalau ekspor, kita harus bisa merebut pasar di luar negara-negara tujuan ekspor (Eropa, Amerika)," tuturnya kepada detikcom, Rabu (5/4/2023).

Namun, yang menghadapi masalah seperti ini kan bukan hanya Indonesia saja, tetapi China, India, Bangladesh, Vietnam juga mengalami hal yang sama. Sebab, negara-negara tersebut juga memiliki pasar tujuan ekspor yang sama seperti Indonesia.

Lalu, menarik brand-brand besar lainnya untuk memproduksi pakaian yang lebih rumit atau complicated di Indonesia. Hal ini dinilai memiliki harga pasar yang bagus.

Namun, tetap ada risikonya yaitu proses pengerjaan yang lama serta memerlukan investasi berupa mesin-mesin yang disesuaikan dengan model pakaian tersebut.

Kedua, meningkatkan pasar lokal. Apabila masyarakat Indonesia bisa mencintai produk dalam negeri, Nurdin menilai hal itu bisa mengangkat pasar industri garmen secara lokal.

"Dengan catatan, dari pemerintah juga bisa lebih concern lagi terhadap pengawasan, penindakan, kepada importir-importir yang legal maupun ilegal terkait dengan pakaian impor. Kalau itu tidak bisa dicegah, maka kita akan tetap terpuruk, tidak bisa bangkit," paparnya.

Walaupun belum bisa diprediksi kapan industri ini akan stabil, Nurdin mengatakan bahwa hal yang terpenting saat ini adalah menjaga supaya perusahaan-perusahaan garmen bisa tetap terjaga atau sustain serta menjaga hubungan kerja antarkaryawan.

Namun, apabila kondisi industri garmen masih terus menurun, mau tidak mau memang harus dilakukan penyesuaian, seperti PHK.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif mengatakan bahwa terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga kestabilan industri sektor pakaian jadi.

"Kita pertama memberi kemudahan soal bahan baku untuk garmen, tekstil, itu mudah diperoleh. Yang kedua, kita bantu peremajaan mesin-mesin garmen, buat tekstil juga begitu. Yang ketiga, kita kemarin sudah mendorong adanya restrukturisasi pinjaman dari perbankan," ungkapnya kepada detikcom.

Selain itu, pihaknya juga mengusulkan untuk melakukan pengetatan atau bahkan pelarangan terkait impor pakaian jadi bekas dari luar negeri. Pihaknya juga mendorong industri garmen untuk mencari pasar ekspor alternatif di luar negara-negara tujuan ekspor.

"Selain Eropa, China, dan Amerika, misalnya (ekspor) ke Afrika, Timur Tengah, agar produk pakaian jadi kita, garmen kita, juga bisa masuk ke sana," ujarnya.




(eds/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork