Singapura dikabarkan menghentikan impor babi asal Pulau Bintan, Batam, Kepulauan Riau, lantaran adanya temuan virus flu babi (African Swine Fever/ASF) pada babi yang diterimanya. Adapun negara tersebut telah menghentikan impornya itu sejak 23 April 2023 lalu.
Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa mengatakan, penyakit ini telah masuk ke Indonesia sejak 2019 silam, diawali dari China. Penyakit ini terbilang cukup berbahaya lantaran daya bunuhnya terhadap babi hampir 100%, dengan radius penularannya sekitar 3 km.
"Kalau seberapa berbahayanya dalam konteks mortalitas terhadap babi sendiri hampir 100% daya bunuhnya. Kalau satu kandang itu bisa habis semua. Karena belum ada obatnya, tidak ada vaksinnya," kata Hari, kepada detikcom, Minggu (7/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski cukup berbahaya, Hari menekankan penyakit ini tidak akan menimbulkan penyakit pada manusia. Dengan demikian, apabila ada masyarakat yang tak sengaja mengonsumsi daging babi yang terjangkit virus tersebut, orang tersebut akan tetap aman.
"Anggaplah kita makan yang terkontaminasi, tidak akan bikin manusia sakit. Misalnya babi yang terkontaminasi itu tidak timbul gejala klinis, lalu kemudian dipotong dan tak sengaja dimakan manusia, masih tetap aman. Jadi berbeda dengan meningitis. kalau ASF yang fatal itu di sesama babinya," terangnya.
Tidak hanya itu, Hari juga mengatakan, virus ASF tidak akan bertahan lama di udara terbuka. Adapun jika daging babi yang terinfeksi ASF terkena sinar matahari dalam beberapa waktu, virus di dalamnya akan mati.
Oleh karena itu, Singapura menyatakan akan kembali membuka keran impor daging babi ke Indonesia dalam bentuk karkas alias daging utuh. Dengan begitu, Singapura masih tetap bisa memenuhi kebutuhan daging babinya sekaligus meminimalisir penyebaran virus tersebut.
Bersambung ke halaman selanjutnya.