Singapura Setop Impor Babi Asal Batam Karena Flu Babi, Peternak Respons Begini

Singapura Setop Impor Babi Asal Batam Karena Flu Babi, Peternak Respons Begini

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Minggu, 07 Mei 2023 20:28 WIB
Potret Peternakan Babi di Jayapura
Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Singapura dikabarkan menghentikan impor babi asal Pulau Bintan, Batam, Kepulauan Riau, lantaran adanya temuan virus flu babi (African Swine Fever/ASF) pada babi yang diterimanya. Adapun negara tersebut telah menghentikan impornya itu sejak 23 April 2023 lalu.

Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa mengatakan, penyakit ini telah masuk ke Indonesia sejak 2019 silam, diawali dari China. Penyakit ini terbilang cukup berbahaya lantaran daya bunuhnya terhadap babi hampir 100%, dengan radius penularannya sekitar 3 km.

"Kalau seberapa berbahayanya dalam konteks mortalitas terhadap babi sendiri hampir 100% daya bunuhnya. Kalau satu kandang itu bisa habis semua. Karena belum ada obatnya, tidak ada vaksinnya," kata Hari, kepada detikcom, Minggu (7/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski cukup berbahaya, Hari menekankan penyakit ini tidak akan menimbulkan penyakit pada manusia. Dengan demikian, apabila ada masyarakat yang tak sengaja mengonsumsi daging babi yang terjangkit virus tersebut, orang tersebut akan tetap aman.

"Anggaplah kita makan yang terkontaminasi, tidak akan bikin manusia sakit. Misalnya babi yang terkontaminasi itu tidak timbul gejala klinis, lalu kemudian dipotong dan tak sengaja dimakan manusia, masih tetap aman. Jadi berbeda dengan meningitis. kalau ASF yang fatal itu di sesama babinya," terangnya.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya itu, Hari juga mengatakan, virus ASF tidak akan bertahan lama di udara terbuka. Adapun jika daging babi yang terinfeksi ASF terkena sinar matahari dalam beberapa waktu, virus di dalamnya akan mati.

Oleh karena itu, Singapura menyatakan akan kembali membuka keran impor daging babi ke Indonesia dalam bentuk karkas alias daging utuh. Dengan begitu, Singapura masih tetap bisa memenuhi kebutuhan daging babinya sekaligus meminimalisir penyebaran virus tersebut.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Meski manusia akan tetap aman dan tidak akan terkena dampak dari penyakit ini, tetap saja memotong babi yang tidak sehat untuk dikonsumsi tidak diperbolehkan menurut standar makanan. Manusia juga bisa menjadi media penyebaran virus sehingga karantina ketat tetap penting untuk dilakukan para peternak.

"RI sudah punya regulasi ketat untuk perizinan perlintasan hewan ternak. Tetapi, virus ini bisa menular lewat 3 media, orang, barang, dan hewan lainnya (virus menempel). Satu hal yang bisa dilakukan itu memperketat biosecurity. Bagaimana menghalangi orang, barang, dan hewan lain masuk ke kandang kita. Ini hal yang harus diantisipasi," ujarnya.

Selain itu, rutin menyemprotkan kandang dengan desinfektan juga penting dilakukan demi membunuh virus-virus tersebut. Adapun virus ini biasanya menyerang babi yang memiliki berat 30 kg ke atas dan baru bisa terdeteksi setelah 2 minggu masa inkubasi. Karena itulah, para peternak patut lebih cermat dan teliti dalam memeriksa hewan ternaknya.

"Kalau babi kecil, genjeknya istilah di Jawa, dia sehat keliatannya. Setelah berat sampai 30 kg baru mulai terlihat ada kematian. Itulah mengapa biasanya yang diserang biasanya induknya babi dulu," kata Hari.


Hide Ads