Pemerintah Singapura telah menutup keran impor babi asal Pulau Bulan, Batam, buntut dari ditemukannya sejumlah babi yang positif flu babi (African Swine Fever/ASF). Aktivitas impor tersebut pun telah ditutup sejak 23 April 2023 hingga saat ini, dengan taksiran kerugian mencapai Rp 28 miliar.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid mengatakan, setiap harinya Batam mengekspor sekitar 1.000 ekor babi dengan nilai ekspor kurang lebih sekitar Rp 2 miliar. Dengan demikian, kondisi ini sangat merugikan pelaku usaha bersangkutan.
"Jadi jika kita hitung saat ini sudah 14 hari keran ekspor ke Singapura ditutup. Nilai kerugian sementara ini kita perkirakan sekitar Rp 28 miliar," katanya, kepada detikcom, Minggu (7/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, pihaknya memaklumi langkah preventif yang dilakukan pihak Singapura demi mencegah penyebaran virus tersebut. Adapun di Batam sendiri, peternak babi yang melakukan ekspor ke Singapura hanya ada di Pulau Bulan dan dikelola oleh PT Indotirta Suaka.
Di sisi lain, Kementerian Pertanian juga telah melakukan serangkaian dialog bersama SIngapura sehingga keran ekspor akan segera dibuka kembali khusus untuk produk karkas alias daging babi. Rafki mengatakan, pihaknya mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan pemerintah tersebut sehingga pengusaha peternakan tidak rugi semakin besar.
"Mudah mudahan ekspor babi dalam bentuk karkas bisa segera berjalan kembali dalam waktu yang cepat," kata Rafki.
"Kita menghimbau agar kejadian ini bisa menjadi pelajaran untuk kita bersama. Para pihak terkait seharusnya betul betul menjaga agar penyakit menular hewan ini tidak gampang masuk ke Indonesia. Langkah-langkah pencegahan dan antisipasi harusnya ditingkatkan," tambahnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya.