Singapura Setop Impor Babi dari Batam, Kerugian Bisa Tembus Rp 28 M

Singapura Setop Impor Babi dari Batam, Kerugian Bisa Tembus Rp 28 M

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Minggu, 07 Mei 2023 22:33 WIB
BIJIE, CHINA - MAY 12: Breeders feed piglets at a pig farm on May 12, 2020 in Bijie, Guizhou Province of China. (Photo by Deng Gang/VCG via Getty Images)
Foto: VCG via Getty Images/VCG
Jakarta -

Pemerintah Singapura telah menutup keran impor babi asal Pulau Bulan, Batam, buntut dari ditemukannya sejumlah babi yang positif flu babi (African Swine Fever/ASF). Aktivitas impor tersebut pun telah ditutup sejak 23 April 2023 hingga saat ini, dengan taksiran kerugian mencapai Rp 28 miliar.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid mengatakan, setiap harinya Batam mengekspor sekitar 1.000 ekor babi dengan nilai ekspor kurang lebih sekitar Rp 2 miliar. Dengan demikian, kondisi ini sangat merugikan pelaku usaha bersangkutan.

"Jadi jika kita hitung saat ini sudah 14 hari keran ekspor ke Singapura ditutup. Nilai kerugian sementara ini kita perkirakan sekitar Rp 28 miliar," katanya, kepada detikcom, Minggu (7/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, pihaknya memaklumi langkah preventif yang dilakukan pihak Singapura demi mencegah penyebaran virus tersebut. Adapun di Batam sendiri, peternak babi yang melakukan ekspor ke Singapura hanya ada di Pulau Bulan dan dikelola oleh PT Indotirta Suaka.

Di sisi lain, Kementerian Pertanian juga telah melakukan serangkaian dialog bersama SIngapura sehingga keran ekspor akan segera dibuka kembali khusus untuk produk karkas alias daging babi. Rafki mengatakan, pihaknya mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan pemerintah tersebut sehingga pengusaha peternakan tidak rugi semakin besar.

ADVERTISEMENT

"Mudah mudahan ekspor babi dalam bentuk karkas bisa segera berjalan kembali dalam waktu yang cepat," kata Rafki.

"Kita menghimbau agar kejadian ini bisa menjadi pelajaran untuk kita bersama. Para pihak terkait seharusnya betul betul menjaga agar penyakit menular hewan ini tidak gampang masuk ke Indonesia. Langkah-langkah pencegahan dan antisipasi harusnya ditingkatkan," tambahnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Sementara itu, Head of Center of Industry, Trade and Investment INDEF, Andry Nugroho menilai, apabila tidak segera diatasi, kejadian ini juga berpotensi memberi kerugian jangka panjang bagi Indonesia dalam hal meningkatkan persaingan supplier babi di level global.

"Berbicara mengenai babi hidup, ada 2 suplier yang paling besar, di Pulau Bulan, Batam, lalu yang kedua dari Serawak Malaysia. Jadi bisa jadi nanti kebutuhan dari life pig itu akan diambil dari Serawak ketika Singapur menghentikan impor dari Batam," ujarnya saat dihubungi terpisah.

Sedangkan untuk rencana ekspor karkas babi ke Singapura, menurutnya Indonesia juga tetap perlu mempersiapkan diri. Pasalnya, Rafki mengatakan, karkas yang kerap dikirim dalam keadaan beku ini memiliki lebih banyak supplier pesaing, mulai dari China, Australia, hingga Brazil.

"Kalau babi hidup secara utuh, supplier terbesarnya ada dua. Tapi kalau berbicara karkas, itu penyuplainya lebih banyak sehingga pertanyaannya, apakah Indonesia bisa memiliki daya saing yang kuat?," kata Andry.

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah RI perlu mengambil langkah strategis secara cepat dengan melakukan serangkaian pembenahan untuk komoditas babi. Ia berharap, otoritas RI dan SIngapura juga dapat mencari jalan tengah menyangkut kapan keran ekspor babi hidup ini bisa dibuka kembali hingga persyaratan apa saja yang harus dipenuhi pemerintah RI.


Hide Ads