Bantu Genjot Produksi Susu, Peternak RI Diterbangkan ke Belanda

Bantu Genjot Produksi Susu, Peternak RI Diterbangkan ke Belanda

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Rabu, 31 Mei 2023 13:37 WIB
Begini Kesibukan Peternakan Sapi Perah Metode Tradisional dan Canggih
Foto: Site News/Pool
Jakarta -

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika menyinggung rendahnya produksi susu dalam negeri. Menurutnya Indonesia juga masih tergantung pada impor bahan baku susu.

Terkait ini PT Frisian Flag Indonesia (FFI) dengan program Dairy Development (DD) yg meluncurkan program Young Progressive Farmer Academy. Program ini bertujuan memberdayakan peternak muda Indonesia. Mereka akan dikirim ke Belanda untuk diajarkan praktik manajemen peternak sapi dan dibimbing para ahli.

Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia (FFI), Andrew F. Saputro, mengatakan Program Young Progressive Farmer Academy ini adalah bagian dari komitmen FFI untuk mengembangkan peternakan sapi perah dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kualitas susu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Melalui program ini kami ingin membina peternak muda skala kecil di Indonesia agar bisnis peternak sapi perah mereka semakin berkembang. Program ini sejalan dengan tujuan perusahaan "Nourishing Indonesia to Progress" dimana diharapkan para peternak muda yang dapat berkontribusi besar dalam mempertahankan bahkan mempercepat laju pertumbuhan sektor peternakan dan industri susu di Indonesia," ujarnya dalam acara Kick Off Program Young Progressive Farmer Academy di Gedung Kemenperin, Rabu (31/5/2023).

Seleksi program FFI Young Progressive Farmer Academy dilakukan secara tertutup dengan bekerja sama melalui belasan koperasi susu yang tersebar di Jawa, untuk menjaring para peternak muda berusia 25-35 tahun. Mereka harus memiliki 5-8 ekor sapi perah laktasi dan bernaung di bawah mitra koperasi FFI dari seluruh Indonesia.

ADVERTISEMENT

Persyaratan lainnya antara lain wajib memiliki lahan minimal 50m2 guna pengembangan. Para peternak muda yang mendaftar wajib menyusun dan melampirkan perencanaan bisnis, lalu pada bulan Juni akan dipilih 30 perencanaan terbaik yang ditentukan oleh para juri ahli dan juri panel yang terdiri dari para ahli.

Peserta yang lolos seleksi akan diberangkatkan ke Belanda untuk mengikuti studi banding dan pembelajaran terkait praktik manajemen peternakan sapi perah yang baik bersama peternak lokal Belanda, pada bulan September 2023. Melalui program ini, diharapkan dalam tiga tahun ke depan,mereka dapat mengembangkan bisnisnya hingga skala medium dengan 10-20 ekor sapi perah laktasi.

Sebagai informasi, tercatat 80% bahan baku pembuatan susu berasal dari impor, sementara 20% berasal dari dalam negeri. Masalah utama pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah sedikitnya populasi sapi perah yang sebanyak 592 ribu ekor. Produktivitas sapi perah juga masih sekitar 8-12 liter per hari.

"Salah satu yang harus dilakukan adalah memulihkan produktivitas susu sapi perah yang sekarang itu masih 8-12 liter per ekor per hari. Potensinya bisa sampai 24-30 liter per ekor per hari," kata Putu usai acara Kick Off Program Young Progressive Farmer Academy.

Selain itu, pengembangan produksi susu segar juga dihadapkan pada terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat yang 2-3 ekor per peternak. Lalu biaya pembesaran anakan sapi perah yang cukup mahal, kurangnya pemahaman peternak akan praktik ternak sapi perah yang baik, serta minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak.

"Kementerian Perindustrian mengapresiasi program FFI Young Progressive Farmer Academy dari Frisian Flag Indonesia yang bertujuan mendorong minat peternak muda menjadi profesional dan memiliki kemampuan manajemen peternakan yang lebih baik dan berkelanjutan," bebernya.

Rendahnya penghasilan dari usaha kecil membuat peternak tidak fokus dan cenderung memiliki kegiatan ekonomi lainnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Di sisi lain, sebaran tertinggi usia peternak sapi perah adalah 50-60 tahun. Kondisi ini akan mengancam masa depan peternakan sapi perah dan industri susu di Indonesia.




(zlf/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads