RI Mau Geber Baterai Kendaraan Listrik, 7% Lithium Masih Impor

RI Mau Geber Baterai Kendaraan Listrik, 7% Lithium Masih Impor

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 08 Jun 2023 12:40 WIB
PT PLN berkolaborasi dengan PT Grab Indonesia. Mereka mengembangkan infrastruktur stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU).
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Indonesia tengah berupaya mendorong produksi baterai kendaraan listrik. Namun, sebagian komponen untuk menggenjot produksi baterai kendaraan listrik ini masih impor.

Produk turunan nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik umumnya menggunakan metode hydrometallurgy.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier menjelaskan, saat ini sudah 3 smelter dengan metode hydrometallurgy yang beroperasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini ada 3 perusahaan yang beroperasi, yang konstruksi belum ada, dan FS ada 1. Dan inilah sebetulnya kapasitas nasional 950.000 ton yang bisa dimanfaatkan untuk paling tidak setelah pabrik baterai kita cukup kuat, ini bisa men-supply bahan baku nasional ke dalam ekosistem EV di dalam negeri," terangnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII di Jakarta, Kamis (8/6/2023).

Jelasnya, untuk baterai motor listrik dayanya 1,44 kWh. Sementara, untuk baterai mobil listrik dayanya 60 kWh.

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan, untuk per kWh dibutuhkan nikel 0,77 kg, mangan 0,096 kg dan kobalt 0,096 kg.

Dari situ, Taufik mengatakan, dalam sebuah baterai kendaraan listrik sebanyak 93% bahan bakunya ada di Indonesia. Kemudian, sisanya sebanyak 7% impor.

"Artinya dalam sebuah baterai semua bahan bakunya ada di Indonesia sekitar 93%, 7%-nya lithium mungkin kita perlu impor," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, pihaknya telah memiliki hitung-hitungan kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik. Dia merinci, di tahun 2025 dibutuhkan 25.133 ton, tahun 2030 sebanyak 37.699 ton dan 2035 sebanyak 59.506 ton.

"Dan itu dengan kapasitas nasional sebetulnya sudah mampu untuk di-supply. Ini yang perlu diperkuat lagi investasi pabrik baterai yang bisa mendukung ekosistem kita," tutupnya.

(acd/rrd)

Hide Ads