Biaya Bangun Smelter di RI Capai Rp 14,8 Triliun

Biaya Bangun Smelter di RI Capai Rp 14,8 Triliun

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 12 Jun 2023 20:15 WIB
A staff takes a sample of melted gold out of a smelter into a mould of a bar at a plant of gold and silver refiner and bar manufacturer Argor-Heraeus in Mendrisio, Switzerland, July 13, 2022. REUTERS/Denis Balibouse
Ilustrasi/Foto: REUTERS/Denis Balibouse
Jakarta -

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyatakan investasi pabrik smelter untuk proyek hilirisasi sangat besar. Rata-rata satu proyek hilirisasi bernilai di atas US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,8 triliun (kurs Rp 14.800)

"Di awal-awal saya kira banyak sekali dukungan dari lembaga keuangan internasional terutama yang dari Tiongkok untuk memberikan pendanaan untuk proyek-proyek hilirisasi di Indonesia," kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Septian Hario Seto, dalam acara bertajuk Untung Rugi Larangan Ekspor Mineral Mentah, Senin (12/6/2023).

Septian menjelaskan, hilirisasi memacu nilai ekspor dan mendorong terciptanya surplus pada neraca perdagangan. Dia mengatakan, hal ini juga mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak cuma itu, hilirisasi juga mendorong penciptaan lapangan kerja.

"Kalau kita lihat penciptaan lapangan kerja ini juga cukup signifikan, jadi kalau kita lihat di Weda Bay, di Obi, di Morowali, di Konawe itu jumlah kerjanya mencapai puluhan ribu dan gaji mereka pun juga rata-rata jauh di atas UMR," terangnya.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Irwandy Arif menyebut, saat ini sudah ada lebih dari 100 smelter yang mengarah kepada industri besi dan baja dengan produk nickel pig iron (NPI) dan feronikel. Kemudian, ada 4 smelter yang mengarah ke baterai kendaraan listrik.

"Kemudian sudah ada 4 dan mungkin menyusul belasan smelter yang akan mengarah ke baterai," katanya.

Dia melakukan, industri bauksit juga mengalami perkembangan di mana sudah ada beberapa smelter yang mengarah kepada produksi alumina dan aluminium.

"Jadi dari industri bauksit ini ada 4 perusahaan sudah menghasilkan dari bijih bauksit ke alumina. Kemudian ada beberapa 1-2, dari 1 sudah eksis yang menghasilkan dari alumina ke aluminium, dan akan satu lagi berkembang di Kalimantan Utara untuk menghasilkan aluminium," terangnya.

Irwandy melanjutkan, hilirisasi komoditas tembaga juga mengalami perkembangan. Dia mengatakan, tiga perusahaan yang dalam progres pembangunan smelter.

"Kalau kita lihat produk komoditas pertambangan lainnya yang sedang berkembang hilirisasinya itu adalah tembaga di mana tembaga ini ada 3 grup besar yaitu Freeport Indonesia, Amman Mineral dan Merdeka Cooper yang akan membangun pasti sudah berjalan itu ada 2 yaitu smelter yang ada di Gresik milik PT Freeport dan smelter PT Amman di Nusa Tenggara Barat," terangnya.

(acd/rrd)

Hide Ads