Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatatkan peningkatan harga komoditas gula mentah di pasar internasional. Penyebabnya ialah penurunan kuantitas ekspor gula asal India.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir harga gula mentah internasional mengalami peningkatan, dari harga 18 sen US$ per pon di tahun lalu, kini sudah masuk ke harga 26 sen US$ per pon.
Putu menjelaskan, kenaikan ini disebabkan oleh kondisi iklim di India, yang merupakan salah satu pengekspor gula terbesar di dunia. India pun menurunkan besaran ekspornya sehingga pasokan gula mentah dunia berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenaikan karena kondisi iklimnya, sehingga di India itu turun ekspor 12 juta ton menjadi sekitar 6 juta ton. Itu sudah mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dunianya. Di beberapa tempat juga seperti itu," katanya, saat ditemui di The Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (16/6/2023).
Meski harga gula internasional mengalami kenaikan, Putu mengatakan harga gula di dalam negeri masih terpantau lebih aman. Kebutuhan dalam negeri sendiri saat ini lebih banyak bersumber dari hasil produksi dalam negeri ketimbang impor lantaran sedang masa panen tebu.
"Sampai dengan akhir September-Oktober saya baru masuk kandang. Kalau sekarang karena di penggilingan ada kan, nanti kita lihat lagi perkembangannya dari importase. Dari importase nggak begitu banyak," terangnya.
"Stok kita saat ini 2,7 juta ton dari dalam negeri. Jadi kan ini adalah sebuah peningkatan, jadi kan kebutuhan yang dalam negeri cukup tinggi," tambahnya.
Putu menambahkan, pemerintah sendiri memiliki kebijakan yang melarang aktivitas impor gula di saat masa panen tebu. Oleh karena itu dalam rentang bulan ini hingga kisaran bulan September-Oktober, pemerintah menerapkan penyetopan impor gula mentah.
Sebagai tambahan informasi, berdasarkan catatan detikcom, pada 2022 Indonesia paling banyak mengimpor gula dari Thailand sebanyak 2,4 juta ton, India sebanyak 1,6 juta ton, Brasil sebanyak 1,3 juta ton, dan Australia sebanyak 653 ribu ton.
(kil/kil)