Bos Holding BUMN Perkebunan Ungkap Penyebab RI Sulit Swasembada Gula

Bos Holding BUMN Perkebunan Ungkap Penyebab RI Sulit Swasembada Gula

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 04 Jul 2023 09:51 WIB
Mohammad Abdul Ghani - Direktur Utama PTPN III Persero
Foto: 20detik
Jakarta -

Dalam sejarah Indonesia pernah mencapai swasembada gula dan menjadi salah satu eksportir terbesar dunia pada tahun 1930-an. Namun, saat ini kejayaan itu telah hilang dan bertahun-tahun Indonesia kesulitan untuk mencapai swasembada gul

"Sejak tahun 67, Indonesia itu menjadi importir, net importir gula. Mulai Presiden Orde Baru sampai pak Jokowi. Itu kita berusaha swasembada itu, sulit," kata Direktur Utama PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani dalam Blak-blakan detikcom.

Ghani mengatakan ada sejumlah penyebab mengapa sampai saat ini Indonesia sulit lagi swasembada gula. Salah satunya karena produktivitas pertanian tebu per hektare semakin sedikit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu Indonesia itu bisa satu hektar itu bisa 15 ton rata-rata itu, sekarang hanya 5 ton," katanya dalam Blak-blakan detikcom.

Produktivitas itu rendah disebabkan oleh rendemen tebu atau kadar kandungan gula di dalam batang tebu juga semakin rendah. Masalah itu pun disebabkan karena masalah varietas tebu di Indonesia yang puluhan tahun tidak diganti.

ADVERTISEMENT

Padahal, Ghani mengatakan dalam sejarah, Indonesia dulu termasuk negara penghasil varietas terbaik sebelum Perang Dunia ke-2. Namun kini rendemen tebu di Indonesia kalah dengan negara-negara lainnya.

"Jadi kita ingin mengembalikan yang tadi, supaya rendemen tebu kita sekitar 7%. Kalau di Australia itu di atas 12%, karena varietas tebu. Jadi tebu itu sangat rentan. Kalau zaman Belanda dulu umur 5 tahun diganti varietasnya, kita ada satu kebun kami 20 tahun itu nggak diganti, penyakitnya kan hamanya makin banyak," jelasnya.

Oleh sebab itu, PTPN III di sini diperintahkan juga untuk menggenjot Indonesia swasembada gula pada 2028. Pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan rendemen tebu untuk menaikan produksi gula.

"Itu saya menawarkan pak menteri, 'Pak kita coba pendekatan dari bisnis dulu' PTPN itu sesungguhnya bisa potensi menghasilkan gula separuh sampai 60% kebutuhan nasional, kalau sumber dayanya dimaksimalkan, dioptimalkan," terangnya.

"Sampai akhir kesimpulan, kita juga diperintahkan diarahkan oleh pemegang saham itu bagian dari swasembada gula tahun 2028 kita sudah mengerjakan itu," tambahnya.

Ghani mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri. Salah satunya dengan mencari variestas tebu terbaik dari negara lain yang cocok di tanah Indonesia.

"Kami terus melakukan bechmark ke Thailand, India, Australia negara lain. Itu isinya satu masa masalah rendemen kita rendah. Kenapa rendah? Masalahnya di varietas tebu, jadi kita sudah sekarang fokusin ke depan memperbaiki varietas tebu milik sendiri dan melakukan kita mengambil varietas terbaik dari negara lain, kita coba di sini, mana yang cocok di sini," ungkapnya.

Produksi gula PTPN sendiri sejak tahun 2020 telah mengalami peningkatan sampai tahun lalu. Pada 2020, 750.000 tahun lalu kita sudah 850.000 ton. Ghani menargetkan PTPN bisa memproduksi gula hingga 1 juta ton per tahun.

"Kebutuhan gula itu setiap tahun sekitar 3 juta ton 3,2 juta ton, konsumsi perkapita itu 12 juta ton per kapita per tahun," tuturnya.

"Jadi itu dari PTPN sendiri artinya 1 juta ton produksi, produksi tahun lalu itu 2,4 juta ton, kita itu sekitar 40% lah sebenarnya potensi kita itu," pungkasnya.

Simak juga Video: Erick Thohir Bertemu Diaspora RI di Hong Kong, Bahas Ekonomi-BUMN

[Gambas:Video 20detik]



(ada/rrd)

Hide Ads